WELCOME TO MY STORY, I HOPE YOU LIKE IT. AND PLEASE KEEP YOUR WORDS IN THE
COMMENTS...ಠ_ಠBagaimana keadaan mu saat kami tidak ada? Terakhir kali kau bahagia lalu kini kebahagiaan itu seolah memudar dari wajahmu
HAPPY READING❤
******************************************
Saat kepercayaan dalam pertemanan itu tidak ada, maka bukan lagi keretakan karna sebuah kepercayaan adalah keputusan masing-masing. Melainkan sebuah rasa cemas dan gelisah akan setiap kiasan yang terlontar. Karna apabila salah menyebut saja, bukan tak mungkin seseorang akan tersinggung. Lalu karna status pertemanan itu baik adanya bagaimana mungkin kita menyampaikan rasa terganggu kita.
"Chyntya..." Panggil Marsha sedikit tergugu. Pasalnya suasana tadi sudah hening saat mereka fokus pada drama yang sedang ditonton. Chyntya berdehem sebagai jawaban karna masih fokus melihat layar di depannya.
Marsha terdiam sebentar, ia ragu apakah harus menanyakan hal itu sekarang atau ia masih akan mengulur waktu terus menerus. Bahkan Marsha melirik Shella yang kini juga menatap nya berusaha meyakinkan. Tepat setelah film itu selesai.
"Sha, lo mau ngomong apa? Cuman miscall? "
Marsha menggeleng. "Gue sebenarnya pengen banget nanyain hal ini dari sejak kali kita ketemu, cuma gue ngerasa belum waktunya. Sekarang walaupun bukan saat yang tepat gue gak bisa ngulur lebih lama."
Chyntya terdiam dengan mengerutkan kening nya, raut wajah sahabat nya itu tampak lebih serius dari biasanya. Jika dulu Marsha adalah sahabat tergila nya maka sekarang Marsha mengerti kondisi saat akan gila.
"Chyntya...entah kenapa gue ngerasa lo pergi bukan karna bosan sama kita. Tapi ada sesuatu yang gak bisa lo bilang. Bukan cuman gue, Shella juga, Althan, Vicky semua nya ngerasain hal sama."
Pertanyaan Marsha itu membuat Chyntya terhenyak, namun beberapa saat setelah nya ia berucap. "Tapi, Devan percaya kan?"
"Lo seolah-olah pengen banget kita benci, kita jauhi waktu itu. Lo gak bisa jelasin apa-apa setelah lo dengan sengaja mencelakai Vicky. Bukan gak bisa, tapi gak masuk akal." Celetuk Shella yang kini menelisik tajam Chyntya yang mengalihkan pandangan.
Memang benar, dulu Chyntya sempat melukai Vicky saat lelaki itu berusaha membujuknya agar tidak melewati batas dalam membuat pertemanan mereka hancur. Awalnya Chyntya setuju dan meminta Vicky mengikuti nya hingga ke gerbang sekolah yang tengah sepi.
Lalu entah saat itu akalnya berfungsi atau tidak, Chyntya mendorong Vicky saat sebuah sepeda motor melewati area depan gerbang sekolah itu. Sahabat nya yang lain yang menyaksikan sontak meneriaki Chyntya dan segera menolong Vicky yang mulai terpincang-pincang.
"Lo gila ya Chyntya! Ngapain lo dorong Vicky ke jalan, bodoh!" Maki Marsha dengan emosi tertahan.
Chyntya berdecak sinis. "Salahin sii tolol itu, gue gak peduli sama sekali. Gue kan udah bilang jangan deketin gue, pada tuli sii." Balas Chyntya dengan santainya.
Devan yang saat itu masih berusaha sabar menghadapi sikap Chyntya, langsung mendekati gadis itu. Karna kini kesabaran nya telah hilang.
"Gue tanya sekali lagi, apa tujuan lo? Apa alasan lo ngelakuin semua ini hah!? Chyntya, lo udah ngerusak tali pertemanan yang udah kita jalin lama." Lirih cowok itu frustasi menghadapi Chyntya yang sikap nya semakin menjadi.
Chyntya tertawa mendengar perkataan Devan itu yang menarik atensi sahabat nya untuk meliriknya. Bahkan Althan memandang sendu Chyntya yang seperti nya benar-benar ingin pertemanan mereka rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVTA (END)
Ficción General𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐁𝐀𝐏𝐄𝐑𝐏𝐇𝐎𝐁𝐈𝐂 𝐌𝐈𝐍𝐆𝐆𝐈𝐑❗ Apakah sebuah kesalahan mampu hilang lewat kata perjodohan? Menceritakan seorang gadis dan lelaki yang merupakan mantan sepasang kekasih, mereka dijodohkan atas dasar pertemanan serta permintaan kedua...