37. BAJINGAN ITU DATANG

21 0 0
                                    

WELCOME TO MY STORY, I HOPE YOU LIKE IT. AND PLEASE KEEP YOUR WORDS IN THE COMMENTS...ಠ_ಠ

Bagaimana jika kamu tau kebenaran atas diriku? Aku takut Devan.. Kamu akan pergi..

HAPPY READING❤

*****************************************

"Astaga, kak!" Pekik Chyntya saat Devan berjalan tak karuan. Chyntya memutuskan untuk ke kamar nya dan berniat mengambil handuk, karna sepertinya Devan ingin mandi. Tanpa ia sadari Devan memasuki kamar itu.

"Gue kangen istri gue..." Gumam Devan yang didengar oleh Chyntya. Lantas gadis itu menoleh ia mundur hingga mencapai pinggir kasur Devan. Lelaki itu semakin menghimpit nya.

"Lo istri gue kan?" Tanya Devan dengan tatapan mata nya yang sayu menuju Chyntya. Chyntya menelan ludahnya lalu mengangguk.

"Udah, gue gak mau berantem lagi. Gue capek! Peluk..." Devan langsung menjatuhkan tubuh nya di atas dada Chyntya dimana gadis itu pun langsung tergugu.

"A-astaga... Kok gemes!? Mana boleh gini!" Devan menggeleng, ia semakin mencari tempat ternyaman nya. Setelah mendapat posisi ternyaman nya ia menarik tangan Chyntya agar mengusap kepala nya.

"Gue mau bobo.. Awas aja kalo dilepas peluknya." Ancam Devan dengan suara serak membuat Chyntya terkekeh geli.

Lantas ia melirik Devan dan lelaki itu pun malah mendongak. Bibir mereka bertemu selama lima detik, karna Devan kembali menenggelamkan kepalanya di dada Chyntya.

"Kak Devan yang nyium aku ya, jangan marah-marah besok."

*******

Paginya setelah menyelesaikan sarapan, Devan mengucapkan kata pamit pertama nya, yang membuat Chyntya merasa terbang ke atas awan. Bukan main, seperti nya Devan mengingat kejadian semalam dan memilih untuk diam. Akh, Chyntya gemas sekali dengan itu.

"Kak Devan." Panggil Chyntya saat pria itu akan berjalan menuju mobilnya.

"Aku nanti bakal ke caffe, kakak izinin kan? Aku gak bakal lama kok, dan bakal pulang buat makan siang bareng kakak." Chyntya mengatakan itu dengan terburu-buru dan berharap Devan mengerti kode yang ia berikan.

"Iyaa, hati-hati. Gue berangkat."

"Ehh satu lagi kak." Devan menaikkan satu alisnya membuat Chyntya gemas ingin menarik alis itu, karna meskipun Devan tidak meledak, pria itu masih terkesan ketus.

"Tolong jangan mabuk-mabukan lagi. Haram hukumnya kak, ibadah kakak bisa terhalang nanti nya." Tidak mendapat respon apapun setelah beberapa saat mengatakan itu, Chyntya jadi ketar-ketir sendiri karna mewanti-wanti Devan akan meledak.

Namun ternyata dugaan nya salah. Devan justru mengangguk tanpa ada bantahan. Hey, lama-lama Chyntya juga bingung Devan jadi kalem gini juga buat gadis itu heran.

"Udah kan, gue pamit ya.  Assalamu'alaikum." Pamit pria itu setelah memberi senyum tipisnya. Buju buset! Manis bener, Chyntya meleyot.

"W-walaikumsalam."

******

Kini pukul sembilan pagi Chyntya sudah berada di Ruckblenden Caffe kesayangan nya. Sudah berapa lama ya ia tidak menjajahi Caffe ini, Chyntya terkekeh baru beberapa hari saja sudah membuat nya serindu ini. Rindu merasakan kesibukan di depan komputer, ahh ini bisa ia lakukan di rumah sii.

DEVTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang