10. PERMOHONAN TERAKHIR

98 48 20
                                    

WELCOME TO MY STORY, I HOPE YOU LIKE IT. AND PLEASE KEEP YOUR WORDS IN THE COMMENTS...ಠ_ಠ
Bunda begitu mencintai ayah, hingga ia tak sabar untuk bertemu dan meninggalkan kami yang menangis pilu.

HAPPY READING❤

Genre cerita apa yang paling kamu suka?

****************************************


Selesai dengan acara makan malam yang menyenangkan itu, mereka pun akhirnya menuju ruang tamu. Dan sebelum itu, Chyntya dengan dibantu oleh seorang pekerja catering membersihkan meja makan.

Dan setelah nya barulah ia bergabung pada obrolan  kedua keluarga yang kini asik bercanda tawa. Kecuali Devan. Dia terlihat diam dan tersenyum tipis saja menanggapi setiap cerita dan menjawab pertanyaan seadanya.

"Eh itu Chyntya nya. Sini nak, duduk kita akan membicarakan tentang pernikahan kalian." Panggil Amara dengan antusias nya. Chyntya hanya tersenyum menanggapi kemudian menghampiri.

Sejujurnya tatapan mata Devan tak lepas dari pergerakan yang dilakukan Chyntya. Dalam hati ia benar-benar muak, ingin segera pergi dari sini.

"Devan boleh bicara sama Chyntya dulu gak tante?" Izin Devan tiba-tiba pada Agatha yang sibuk berbicara dengan Bara. Chyntya terkejut, Devan ingin mengajak nya bicara? Agatha menoleh pada Devan lalu menatap anak gadis yang juga melihat dirinya. Kemudian mengangguk.

"Jaga jarak, belum muhrim." Peringat Fernon tegas.

Mendapat persetujuan seperti itu, Devan segera berdiri dan berjalan ke depan. Ke teras depan rumah Chyntya. Chyntya mengikuti nya dari belakang, gugup, takut dan gelisah ia rasakan.

Hingga Devan berenti saat dirasa pembicaraan mereka tidak akan terdengar dari sini. Chyntya pun ikut berhenti dan menatap punggung yang belum berbalik itu.

Devan menghela napas kasar, lalu berbalik menatap nyalang, gadis yang akan dijodohkan dengan nya itu.

"Puas kan lo? Puas lo giniin gue kan? Puas lo liat gue kayak gini i, Hah!?" Sentak Devan dengan suara tertahan. Devan tertawa miris dengan gadis dihadapannya ini.

"Gila lo ya, belum puas lo nyakitin gue? Gue udah cukup menderita selama ini, dan sekarang lo? Lo mau ngancurin gue gimana lagi?" Devan menyerbunya dengan pertanyaan yang sulit Chyntya jawab.

"Gue udah lupain lo, jadi tolong pergi dari hidup gue, cukup lo hadir lima tahun lalu, sekarang lo harus berenti." Kali ini suara Devan lebih rendah, ia terlihat seperti memohon sekarang. Dan tatapan nya pun melembut.

Chyntya diam sebentar dan kemudian menghela pelan. Dirinya menggeleng, dan Chyntya tau tatapan yang lembut tadi kembali menjadi nyalang dengan amarah.

"Aku gak bisa kak, karna aku udah setuju dan ini adalah permintaan dari ayah ku." Devan tertawa sinis dan mengacak-acak rambut nya, dan mengusap wajahnya. Ia tidak boleh kelepasan, Tapi. Devan mencengkram kedua bahu Chyntya.

"Susah ya buat nolak aja! TOLAK!" Chyntya meringis, cengkraman Devan kuat. "Kak.. Lepas.. Jangan sentuh.. Ssh."

Bughh!

Chyntya merasa cengkraman nya lepas, lalu kini netranya melihat Devan yang terjatuh. Fernon memukul Devan. "Bang! Lo apa-apaan sii!?"

"GUE BILANG JAGA JARAK!" Fernon menulikan telinga nya dan memukul Devam lagi dan lagi. Devan diam? Tentu tidak, ia membalas Fernon tak kalah kuat. Sedari tadi Devan menahan kekesalan terhadap saudara laki-laki dari Chyntya itu.

DEVTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang