23. DROP!?

31 5 0
                                    

WELCOME TO MY STORY, I HOPE YOU LIKE IT. AND PLEASE KEEP YOUR WORDS IN THE COMMENTS...ಠ_ಠ

Sayangi selagi ada, hargai selagi bisa, karna jika telah pergi, semua nya hanya akan menjadi hampa

HAPPY READING❤

Haiii semoga sehat selalu, selamat malam selasa ya...

*******************************************

Setelah berkemas dan Chyntya merapikan tempat tidur serta sofa. Mereka pun memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Sarapan di dalam kamar itu saja sebenarnya. "Kenapa lo beresin sii? Kan ada pelayan."

"Itu etika namanya, aku kebiasaan kayak gitu kalau di rumah orang, di rumah sendiri pun begitu. Dan kalau misalnya aku mampu aku lakuin." Devan memutar bola matanya malas.

"Buat apa coba?"

"Lanjutin sarapan kamu aja, kak." Devan diam saat mendengar penyebutan itu. "Kak?" Chyntya mengangguk.Devan mencoba acuh.

"Gak boleh ya?" Devan mengedikkan bahunya, Chyntya bingung dengan ketidak jelasan itu. Sudahlah. Hening menyelimuti selagi kedua nya menikmati sarapan.

"Aku minta maaf." Lirihan kecil masuk ke telingaDevan, membuat nya menghentikan kegiatan nya dan menatap Chyntya yang kini menunduk.

Devan menukikkan alisnya tanda saat ini ia tengah bingung. Chyntya yang tak mendapat sahutan mendongak dan melihat Devan yang heran.

"Maaf untuk yang dulu, Devan. Aku minta maaf untuk masa lalu. Aku gak mau liat kam--" Perkataan nya terjeda.

"Gue gak ingat punya masa lalu sama lo. Dengar ya, yang gue tau lo cuman cewek asing yang tiba-tiba dijodohin sama Mama. Bukan orang yang gue kenal." Potong Devan dengan nada dinginnya.

Chyntya mencoba menahan sesuatu yang akan keluar dari pelupuk matanya. "Tapi aku gak nganggep kamu orang asing, Devan. Aku kenal kamu, Ak--"

"Lo mending siap-siap buat pergi dari sini, gue gak mau nunggu lama!" Sergah Devan, mood nya untuk kembali menghabiskan sarapan hilang begitu saja. Ia beranjak dari sana, Chyntya ikut berdiri.

Namun, ia sedikit oleng karna Devan dengan sengaja menyenggol bahunya. Chyntya sedikit mengaduh saat tulang bahunya disenggol seperti itu. Devan itu tinggi, tubuhnya juga sempurna. Saat disenggol dengan kasar seperti itu tentu sakit.

Chyntya menghela napas pasrah, ia melakukan apa yang diperintahkan oleh Devan tadi. Membereskan pakaian dan kamar gedung itu. Karna mereka akan langsung menuju ke rumah Devan untuk menemui orang tuanya. Gedung itu dipesan memang untuk pernikahan Devan dan Chyntya, tapi bukan berarti keluarga mereka menginap.

Hanya Devan dan Chyntya lah yang menginap untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Sekitar satu jam telah bersiap, Devan dan Chyntya berjalan menuju parkiran. Namun, sebelum itu Chyntya sudah mengucapkan terima kasih kepada pengurus pernikahan mereka di gedung itu.

Hanya dirinya, Devan tentu tidak peduli dan terus berlalu dengan gaya angkuhnya. Chyntya mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Devan sedikit kesusahan karna harus menyeret kopernya yang berat. Chyntya menatap punggung Devan dari belakang.

"Gak berat apa kopernya? Kenapa santai banget nyeretnya~" Rengeknya dalam hati, melihat dengan entengnya Devan berjalan dengan langkah besar itu.

"Devan tunggu bentar. Devan ben--"

"Bangsat! Lo bisa diam gak sii?" Bentak Devan membuat Chyntya tersentak dibelakang nya. Beruntung parkiran itu sedang sepi.

Udara pagi yang dingin, malah semakin dingin kala mereka sudah berada dimobil. Hening. Itulah yang saat ini terjadi, tidak ada suara selain mesin mobil yang sedang berjalan . Chyntya sesekali melirik Devan yang terus memperlihatkan raut kesal dan kemarahan?

DEVTA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang