3.

4.3K 411 29
                                    

"eh?! Kamu sendiri? Tok Aba mana?" Tanyamu.

"Pergi kejap, aku ditinggal, hmmn apelah tok Aba ni, kalo elien datang betul-betul nanti macem mane?" Ucapnya dengan suara pelan diakhir namun masih terdengar olehmu, ia masih sibuk mengelap meja.

Tiba-tiba terdengar suara kaleng beradu, pandangan mu dan Boboiboy beralih menatap ke asal suara sebelum akhirnya saling tatap karena tak menemukan apapun.

"Hmmn." Serentak kalian menggeleng dan mengangkat bahu.

"Eh, kau belum menjawab pertanyaan aku tadi." Ucap Boboiboy membuka suara. Kamu hanya mengangkat alis kirimu.

"Kau anak kecil semalam kan? Kat stesen." Tanyanya seolah mengerti dengan kode yang kamu berikan.

"Ooh..tau kan" ujarmu memicing.

"Hanya memastikan..."

"Alamak. Warna purple pun tak selamat..." Teriak sesuatu.

Kalian menoleh dan terlihat sesuatu berwarna ungu melayang menjauh. "Jengkol berkaki?" Pekikmu sembari menunjuk robot itu.

"Oy, pencuri!!!! Jangan lari!!" Teriak Boboiboy yang melihat robot itu membawa kaleng coklat langsung berlari. Kamu akan ikut mengejar tapi dicegah Boboiboy karena terlalu berbahaya dan memintamu untuk menjaga kedai selama dia pergi. Akhirnya kamu menurut karena takut ada pencuri lagi.

Selang beberapa waktu Tok Aba datang dan tidak mendapati cucunya, hanya kamu yang berada di sana.

"Mana Boboiboy ni?"

"Pergi tok, kejar jengkol pencuri, tok y/n pamit ya" jelasmu.

"Jengkol pencuri?" Bingung tok Aba.

"Hehe, assalamualaikum Tok" pamitmu karena bingung mau jelasin bagaimana.

"Waalaikumsalam"

Kamu melangkah menuju pantai, skateboard mu kamu genggam ditangan kirimu dan headphone mu tak kau pakai. Kamu mencoba berbaur agar tidak hanya bergelut dengan duniamu sendri.

Kamu mengedarkan pandangan ke segala arah berharap menemukan sesuatu yang menarik.

{Dermaga}

Tempat favoritmu ketika kamu masih di Indonesia.

Masa lalumu menuntut mu untuk lebih dewasa, kamu memikul tugas yang berat itulah alasanmu pergi ke negeri ini. Mencari 'seseorang' yang bahkan kamu tak pernah melihat wajahnya.

Kamu menghela nafas, mencoba menghilangkan beban hidupmu yang jauh lebih berat dari berat badanmu. Memikirkan itu seakan membuatmu seperti memikul gunung Tangkuban perahu, oke mungkin itu terlalu lebay. Tapi, memang memikirkan itu membuatmu sesak.

Kamu terduduk menatap kalung berliontin arloji pemberian dari sosok yang sangat berarti bagimu,

"Ayah....y/n rindu," ucapmu serak.

Matahari mulai tenggelam, ia bersinar sangat lembut. Kamu beralih menatap sang surya, tersenyum padanya seolah mengucapkan selamat tinggal.

"Aku yakin, pasti aku bisa...haah Ayah y/n gak bakalan nyia nyain kepercayaan Ayah. (Menggenggam liontin) aku janji." Kamu tersenyum, tanpa kamu sadari liontin mu bersinar lembut, selembut cahaya bulan.

Kamu kembali memasukkan kalungmu kedalam bajumu. Lalu berlalu menuju rumahmu kala matahari terbenam sempurna.

Kamu berbaring di atas kasur mu sembari menatap bulan sabit yang seolah tersenyum menyapamu, bintang gemintang berserakan menemani sang bulan, kamu merasakan kantuk. Sesekali kau menguap. Kamu hampir terlelap.

"Duar!!!" Terdengar suara petir mengejutkan mu. Kamu terlonjat menatap langit. Kamu heran karena tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, karena Mbah bulan masih setia tersenyum kearah mu.

"Ah..huwaa panas panas." Terdengar suara seseorang berteriak. "Aaarrgghh, whuuuuus jeleger."

Kamu terperanjat dan langsung melihat ke bawah melalui jendela sebelah tempat tidurmu, tampak seorang anak dan sebuah bola terbang sedang bersorak.

"Boboiboy tutup tingkap bilik," sahut seseorang.

'Boboiboy? Loh bukannya itu power sphera ya?' batin mu. Kamu mengernyit heran belum mengerti.

"Alamak, tok Aba?!! Macam mana ni??" Panik anak tadi. Ia berlari panik sampai menendang sesuatu yang menurutmu power sphera. Alhasil anak itu tersungkur dan tanpa sengaja menciptakan tangga dari tanah. Anak itu menaikinya dan masuk keruangan melalui jendela.

'gila ntu beneran Boboiboy?! Dapet power sphera dari mana??' batinmu bertanya-tanya. Kamu masih menatap ruangan yang Boboiboy masuki tadi.

"Waah, sekarang aku dah jadi superhiro" teriak Boboiboy sambil melihat keluar. Dan tanah-tanah itu berjatuhan kembali semula.

"Aaaa, gempa bumiiii." Teiakan tok Aba membuatmu terkikik.

"Bagaimana kalo tok Aba tau Boboiboy superhero? Apa bakal jantungan?" Tanyamu pada diri sendiri.

Kamu beranjak dari jendela, langsung merebahkan tubuhmu. Berharap kantukmu kembali. "Penasaran gua kalo temen - temennya tau gimana ya reaksinya?"

"Eh?!?!?!?!" kamu terperanjat kaget bercampur bingung. "Gu-gue beneran punya temen?" Ujarmu sembari memandang pantulan gambar dirimu dari sebuah cermin di pintu lemari besar bersebrangan dengan tempat tidurmu. Garis bibirmu menunjukan sedikit senyuman yang hanya terlihat samar.

_____________

Tbc-

Huhu masih standar standar gitu

Dahlah bingung juga mau ngetik apa

Lope yu ol yang baca

Babay💙

Boboiboy dkk X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang