10.

2.5K 297 3
                                    

Kamu berlari menjauh, si penguntit pun ikut berlari karena tidak ingin kehilanganmu, ‘cepet juga loe lari.’ Batinmu sembari melirik dengan ekor matamu.

Tanpa aba-aba kamu berbalik dan men-sledingnya, ia jatuh tersungkur dan kamu buru-buru mengunci pergerakannya. ‘ada yang aneh’ batinmu bertanya-tanya.

Seseorang mencoba memukulmu dengan balok kayu dari belakang, kamu menyadari dan menghindar namun pukulan itu masih mengenaimu dan kamu terguling kedepan.

Dengan sigap kau langsung berdiri dan menatap sipelaku. “Dua orang rupanya.” Gumammu, kamu agak meringis menahan sakit bekas pukulan dan ngilu di kakimu.

“Ohoho, inilah penakut gak berani sendirian.”Cibirmu.

“Cih,,, menghabiskan bocah sepertimu...ck kecil.” Ucapnya tak terima.

Kamu tersenyum sinis, bersiap dengan kuda-kuda. Kamu berputar melompat dan menyepak kepala orang sombong tadi dengan beberapa detik saja. Ia jatuh tersungkur, hidungnya mengeluarkan darah segar.

“Heh, sombong aja dulu.” Kamu terus mencibirnya.

Seorang yang lain akan meninjumu dari belakang, dengan sigap kamu mencekal pergelangan tangannya dan memutarnya membuat sipelaku meringis. Kamu menghempasnya dengan sekuat tenaga sampai ia jatuh menindih orang satunya.

“Huh lemah.” Cibirmu sembari melemaskan otot-otot mu.

Mereka akan menyerang lagi, kamu berlari berbalik dan menapaki pohon lalu melompat menendang keduanya. Mereka tersungkur kembali. Darah segar keluar dari hidung keduanya. “Siapa yang penakut sekarang?” Seringai mu membuat siapapun ketakutan.

Kedua orang tadi mengeluarkan belati dari masing-masing saku jaketnya.

Mereka menyerangmu dengan sangat brutal. Dua bersenjata dan kamu masih setia dengan tangan kosong mu. Salah satu serangan mengores lembut pipi kananmu, darah segar keluar dari sana. Kamu tersenyum licik kemudian berteleport kebelakang mereka dan menghempaskan mereka dengan tinjumu, terdengar suara berdebum dengan debu beterbangan.

Keduanya tersungkur pingsan, darah masih setia mengalir, wajah mereka babak belur.

Kamu berbalik melirik mereka sekilas, menghela nafas dan berteleport pergi dari sana. Itulah alasanmu jarang menggunakan kekuatanmu. Kamu menggunakannya hanya dalam keadaan terdesak atau disaat kamu tak bisa mengontrol emosimu, kamu selalu tanpa sadar menggunakan kekuatanmu dan melukai semua orang sampai yang tak bersalah sekalipun. Kamu benci itu. Itulah kelemahanmu.

Dan musuhmu mengetahuinya.

Kamu berjalan tak tentu arah, melamun dengan headphone ditelinga mu. Kamu ingin melupakan masalahmu sesaat. ‘dia sudah mulai rupanya.’ Lamunanmu mengambil alih tubuhmu, darah dipipimu sudah mengering.

Seseorang menabrakmu hingga kamu terjatuh dengan tidak elitnya.

“Eh?! Sorry, terburu-buru tadi.” Ucap seseorang yang menabrakmu. Ia membantumu bangkit.

“Eh?! Y/n lu sedang apa kat sini wo? Pipi berdarah pula?!” Tanya Ying, ya dia lagi-lagi menabrakmu.

“Oh ini gepepe kok, dicakar kucing tadi.”

Terdengar Ying menertawakanmu. Memang aneh alasanmu itu. Kamu bertanya kenapa ia buru-buru dan Ying bilang sedang mencari kapal angkasa Adudu yang menculik Boboiboy petir. Akhirnya kamu ikut membantu mencarinya dan sebelumnya Ying membersihkan lukamu dan menempelkan plester kuning bunga-bunga dipipimu. Awalnya kamu menolak ditempelkan plester seperti itu. Namun Ying keukeuh memaksamu yang membuatmu terpaksa mengalah.

“Haa dah siap, jom cari Boboiboy.” Pekik Ying dan langsung menarik mu berlari.

“AAAAA...YING JANGAN TARIK, HOHOHO...GAK KUAT, YAYA TOLONG.....”

______________

“Aiya, apa sudah jadi?” Tanya Ying. Ia mendekati Gopal yang sudah terkapar sambil bergumam TV-4.

Yaya dan Ying mengabarkan bahwa mereka tidak menemukan kapal angkasa Adudu. Kamu? Tentu saja kamu sedang pusing tujuh keliling. Kamu sadar dalam beberapa saat. Ochobot yang disampingmu tersenyum penuh arti.

Tingnong...tingnong.

“Boboiboy?!” Teriak Yaya yang membuka pintu.

Tok Aba langsung memeluknya dan menanyakan kabarnya. Begitupun Ochobot, ia nampak khawatir dengannya.

“Boboiboy? Heh?! Siapa Boboiboy?” Sinis Boboiboy petir yang telah berevolusi(?) menjadi halilintar.

“Aku Adada lah.” Lantang Boboiboy halilintar. Seketika langit menjadi mendung dipenuhi awan hitam. Percikan petir merah terlihat disekelilingnya.

“Adada?” Beo Tok Aba.

“Hahahaha....hahahaha.” Boboiboy halilintar tampak tertawa ala-ala orang jahat.

“Wih kekuatan dia dah berganti, dia dah lupa habis ni.” Seru Ochobot.

“Tang.” *

______________

*Anggap aja suara tepukan teplon Gopal gitu ya.

Oke deh makasih buat semuanya yang baca, vote, trus komen juga buat sider juga makasih banyak soalnya ini pertama kalinya buat saia.

Tarengkyu....

Lope yu ol yang baca

See the next

Babay 💙

Boboiboy dkk X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang