Perkenalan

92 23 14
                                    

BRUK!

"Argh! Kebiasaan nih kasur, kalau ngebangunin gue suka bikin emosi," ucap seorang gadis sambil memegang sebelah pinggangnya yang terasa begitu sakit. Bagaimana tidak sakit? Setiap hari, ia selalu terbangun dengan keadaan terjatuh di bawah lantai.

"Bikin kaget gue aja. Pasti nih kasur, bangunin guenya masih pagi," lanjutnya lalu melirik jam beker di samping tempat tidurnya.

"Astagfirullahaladzim ... jam enam lewat! Mana gue belum mandi, pasti kesiangan. Ini kasur tumben banget ngebanguninnya udah siang," kesal gadis itu. Tanpa berlama-lama, ia berlari menuju kamar mandi, yang tepatnya berada di dalam kamar tidurnya. Mau tidak mau, ia harus mandi dalam waktu 15 menit.

15 menit telah berlalu. Namun, gadis itu belum juga keluar dari kamar mandi tersebut.

5 menit kemudian...

BRAK!

Gadis yang tidak sengaja tertidur di atas closet duduk di toiletnya itu tak sengaja terjatuh saat tubuhnya mulai tak seimbang. Saking pulasnya si Bianca tidur, tuh.

"Argh! Kenapa gue harus segala ketiduran di kamar mandi, sih? Waktu gue buat siap-siap kan, jadi berkurang."

Memang inilah kegiatan setiap pagi Raya Bianca Nayara.

Setelah beberapa menit ia menyibukkan diri dengan peralatan sekolahnya, akhirnya Bianca telah selesai bersiap-siap.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.55 WIB. Tetapi, Bianca masih belum pergi ke sekolah. Padahal, sejak tadi pagi ia sudah merutuki kebodohannya sendiri, karena takut terlambat masuk sekolah.

Bianca itu merupakan seorang gadis yang sangat menghargai waktu.

Sampai detik ini, ia belum juga pergi ke sekolah, karena ada sesuatu yang ingin dilakukannya. Bianca keluar dari kamarnya dan berjalan perlahan menuruni anak tangga, sambil memperhatikan seorang perempuan yang tengah bersiap untuk pergi setelah menghambiskan separuh roti yang tersisa di atas piring.

Bianca pun menghampirinya.

"Morning, Mama ..." sapa Bianca perlahan, namun sapaannya itu tidak di balas oleh sang mama.

"Mama anter Bian hari ini, ya? Bian udah telat, nih. Siapa tau kalau Mama yang anter Bian, Bian nggak jadi telatnya, hehe ..." lanjutnya mencoba untuk membujuk mamanya, agar mau satu kali saja mengantarkan dirinya pergi ke sekolah. Namun, mamanya tidak merespon sama sekali dan tetap sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Mah, plis ... Bian mohon. Anterin Bian ke sekolah. Hari ini, aja ..." ucap Bianca penuh permohonan.

"Saya harus segera pergi bekerja! Saya tidak mau membuang waktu untuk mengantarkan kamu ke sekolah!" tegas Mariam Nayara. Sebuah nama yang disematkan untuk perempuan tersebut.

Iya. Mariam adalah ibu dari seorang Bianca.

"Sekolah Bian kan, searah sama kantor Mama. Jadi, gak akan buang-buang waktu Mama."

"Kamu mau melawan saya? Mentang-mentang sekarang kamu sudah dewasa, jadi kamu sudah berani melawan Mama kamu sendiri, begitu? Toh, saya kerja juga untuk siapa lagi, kalau bukan untuk kamu?"

"Mah ... perdebatan ini yang bikin waktu Mama terbuang. Lagian, buat apa Mama kerja, kalau ada suami yang seharusnya menafkahi Mama. Perempuan itu di rumah, bukan cari nafkah. Kalau emang Mama nggak mau nganterin Bian, oke. Bian berangkat sendiri." Setelah itu, Bianca berlari ke arah garasi, mengambil mobil kesayangannya yaitu pemberian terakhir dari papanya.

"Setiap hari ... setiap pagi ... gue selalu mohon ke mama, buat nganterin gue ke sekolah. Tapi, usaha gue selalu sia-sia."

"GUE RINDU PAPA!" lanjutnya dengan suara yang sangat lantang, sambil masuk ke dalam mobil, lalu Bianca melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Why Should Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang