MAMA!

2 1 0
                                    

Sylvie dan Kyla pergi menuju kelas, mencari keberadaan Bianca yang tiba-tiba menghilang dari kantin.

"Vie!" ucap Kyla.

"Apa?" balas Sylvie yang tengah asik memainkan ponselnya.

"Akhirnya gue tau, siapa ketua boxing!" semangat Kyla sambil memperlihatkan senyum lebarnya ke arah Sylvie yang sedari tadi tidak memandang sahabatnya itu.

"Lo kenal?"

"Kenal, gue juga pernah pulang bareng sama dia," ucap Kyla dengan spontan yang membuat Sylvie langsung melirik ke arah Kyla. Kyla yang merasa keceplosan, menutupi mulutnya menggunakan tangan.

"Pulang bareng? Emangnya siapa ketua boxing itu?"

Kyla terdiam dengan tangan masih menutupi mulutnya, pandangannya mengarah ke arah lain.

"Aduh, kenapa Kyla bisa keceplosan gini, sih?" batinnya.

"Kyl!" ujar Sylvie yang menghentikan langkahnya, termasuk langkah Kyla, "kok, lo diem? Oh, gue tau. Jangan-jangan lo jadian sama ketua boxing? Ngaku, deh!" sambungnya sambil sesekali mencolek tangan Kyla.

Kyla menghela nafasnya, "Apaan sih, Vie! Siapa juga yang jadian?"

"Terus kenapa lo gugup gitu? Tenang aja, Kyl. Gue termasuk tipe sahabat yang bisa nyimpen rahasia," ledek Sylvie sambil terkekeh.

"Gue gak jadian sama siapa-siapa, udah lah, gue males ngomong sama lo, bye!" ucap Kyla sambil berjalan pergi meninggalkan Sylvie yang menatap heran kepergian gadis tersebut.

"Aneh banget tuh anak, ya kalau emang gak jadian, gak usah salah tingkah kayak gitu juga kali. Kan, gue jadi makin penasaran," ucap Sylvie sambil melanjutkan langkah kakinya menuju kelas.

Baru saja Kyla hendak memasuki kelasnya, tiba-tiba ada seorang gadis yang sudah menunggu kehadirannya di depan pintu.

"Hai!" sapa gadis itu, Nathalie.

"Hai!" jawab Kyla hangat, namun ia teringat dengan ucapan Sylvie yang melarang dirinya bersikap sembarangan kepada anak baru, "Hai," ucapnya ulang, kali ini Kyla merubah nada suaranya dan memperlihatkan ekspresi datar.

"Masih inget gue, kan?"

Kyla diam.

"Nathalie," paparnya sambil mengulurkan tangan ke arah Kyla.

"Kyla," balas Kyla singkat tanpa membalas uluran tangan gadis itu.

Sontak Nathalie merasa tersinggung dengan sikap Kyla, "Sombong banget jadi orang," ucapnya kepada diri sendiri.

"Lo bilang apa?" tanya Kyla.

"Nggak, gue gak bilang apa-apa kok, hehe ..." jawab Nathalie, "Emm ... gue boleh temenan sama lo, gak?" sambungnya sambil tersenyum hangat.

"Baru kali ini ada anak baru yang mau temenan sama Kyla. Nathalie cantik kok, Kyla juga mau temenan sama dia. Tapi ... nanti Kyla dimarahin sama Vie, gimana ya? Gak apa-apa, deh. Kyla yakin, Vie gak bakal marah sama Kyla," batinnya.

Nathalie yang menunggu jawaban dari Kyla, mencoba untuk bertanya sekali lagi, "Jadi gimana? Gue boleh kan, temenan sama lo?"

"Bo--"

Dengan cepat tangan Kyla ditarik oleh Sylvie, menjauh dari Nathalie. Iya. Ternyata Sylvie mendengar perbincangan kedua gadis tersebut. Sylvie pun mempunyai firasat buruk dengan kedatangan Nathalie di sekolahnya.

"Vie, lo kenapa, sih?" tanya Kyla, namun ucapannya diabaikan oleh Sylvie.

Sylvie langsung mendekat ke arah Nathalie dan berbicara, "Gak usah ganggu temen gue, paham?!" ujarnya dengan sorotan mata tajam sambil menarik tangan Kyla untuk masuk ke dalam kelas.

Why Should Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang