KRING!
Bel sekolah sudah berbunyi. Dan artinya, semua murid harus memasuki kelasnya masing-masing untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
[Ruang kelas 12 IPA 1]
"Assalamualaikum, anak-anak! Selamat pagi!" ucap pak Jarwo yang baru saja memasuki kelas, "Semoga semua yang ada di kelas ini, diberikan kesehatan, dilancarkan rezekinya, dan dimudahkan segala urusannya. Kembali lagi bersama saya, Pak Jarwo yang tampan dan menawan!" lanjutnya dengan ucapan yang selalu sama ketika masuk ke kelas manapun.
"Pagi, Pak!" seru seisi kelas.
"Baiklah, kalian buka buku paket halaman 140, kalian baca dan kerjakan tugasnya di halaman 142. Dikumpulkan hari ini!" titah pak Jarwo.
Murid kelas 12 IPA 1 pun langsung melaksanakan perintah pak Jarwo, dan seketika kelas pun hening karena semua murid tengah membaca sekaligus mengerjakan tugas yang sudah diperintahkan tadi.
"Vie, hari ini Bian masuk, gak?" bisik Kyla.
"Nggak," jawab Sylvie tanpa melihat ke arah sahabatnya.
"Terus, nanti kita mau jenguk Bian lagi, kan?" tanya Kyla lagi.
"Iya," balas Sylvie yang masih fokus membaca materi di buku paket matematika.
"Emm ... keadaan Bian sekarang gimana, ya? Udah baikan belum? Atau ... jangan-jangan makin ... aaa gue takut Bian kenapa-kenapa deh, Vie!" cerocos Kyla seperti biasanya.
"Udah selesai ngomongnya?" tanya Sylvie dengan muka datarnya.
"Udah barusan," jawab Kyla santai.
"Bagus," ujar Sylvie yang langsung mengalihkan pandangannya lagi ke arah buku.
"Apanya yang bagus, Vie? Baju gue?"
"Iya baju lo bagus, Kyl."
"Kan, baju kita sama, Vie. Jadi bagusan punya siapa? Gue atau lo?" tanya Kyla lagi dengan sifat polos keramat yang sudah menempel di dalam diri gadis tersebut.
Sylvie tidak menjawab pertanyaan Kyla, melainkan ia beranjak dari tempat duduknya. "Pak, saya izin ke toilet," ucapnya sambil berjalan meninggalkan kelas, tanpa menunggu jawaban dari pak Jarwo.
Kyla yang melihat Sylvie berjalan keluar kelas, hanya memasang ekspresi wajah kebingungan.
Sylvie sebenarnya tidak berniat untuk pergi ke toilet. Namun, gadis itu hanya malas menanggapi pertanyaan garing milik Kyla.
"Ck, untung gue langsung keluar kelas. Kalau nggak, kuping gue bisa mati kutu denger ocehan si Kyla!" decak Sylvie sambil berjalan, namun langkahnya tiba-tiba terhenti.
Sylvie tidak sengaja melihat seorang gadis yang tengah berdiri berhadapan dengan Andrea Winata-kepala sekolah, di pinggir lapangan, tepatnya di bawah pohon.
Terlihat raut wajah Andre yang cukup serius berbicara dengan seorang gadis yang hanya terlihat tubuh bagian belakangnya saja.
"Pak Andre?" ujar Sylvie seorang diri.
Karena Sylvie merasa penasaran, gadis itu pun bergegas mendekat ke tempat dimana si kepala sekolah dan siswi itu berbicara. Sylvie bersembunyi dibalik tiang penyangga bangunan, yang cukup dekat dengan keberadaan kedua insan tersebut.
"Nata takut, Om! Kalau nanti Bryan tau, pasti dia bakal benci banget sama Nata," ucap Nathalie yang akrab di panggil 'Nata' oleh Andre selaku om-nya.
"Nata? Om? Dia manggil pak Andre "Om?" Apa gak salah?" batin Sylvie.
"Kamu tidak perlu khawatir, om yakin semuanya akan baik-baik saja. Asal kamu tetap merahasiakan soal teror yang dilakukan terhadap Bianca," jelas Andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Teen FictionYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...