[Malam hari - Rumah Bianca]
Suasana kediaman Bianca sangat sunyi, tidak ada pergerakan maupun aktivitas dari pemilik rumah.
"Bosen banget gue," keluh Bianca yang sedari tadi duduk menghadap ke arah cermin sambil mengotak-atik ponselnya, "Mending gue turun ke dapur, ngambil cemilan," sambungnya yang langsung berjalan menuju dapur.
Sesampainya di dapur, Bianca mengambil beberapa cemilan dari dalam kulkas lalu kembali ke kamarnya. Baru saja ia hendak menaiki anak tangga pertama, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara seorang lelaki yang sepertinya tengah bertelepon, gadis itu pun mencoba mencari keberadaan sumber suara itu dan matanya seketika langsung tertuju ke arah pintu garasi.
Tanpa berpikir panjang, dengan perlahan Bianca melangkahkan kakinya mencoba untuk lebih dekat dengan suara tersebut dan ternyata pemilik suara itu adalah Reiki.
Reiki terlihat sedang berbincang dengan seseorang di telepon, terdengar nada yang cukup serius dan sedikit berbisik ketika ia berbicara. Mungkin, tidak ingin mengganggu Bianca dan juga istri tercintanya yang sedang terlelap.
Tetapi, Bianca yang mengetahui orang tersebut adalah Reiki (laki-laki yang sangat ia benci dan tak pernah ia terima kehadirannya), gadis itu bersembunyi di balik pintu garasi yang sengaja ditutup oleh Reiki, lalu ia beri celah sedikit agar dapat mendengar percakapan Reiki dengan orang yang di telepon.
Tiba-tiba ia mendengar, "Jalan Simajuntak nomor dua puluh."
Sontak ucapan Reiki membuat Bianca semakin penasaran. Ada apa? Alamat apa itu? Tempat apa?
Gadis itu terdiam dan terus menerus memikirkan hal tersebut. Sampai pada akhirnya...
"Sedang apa kamu di sini?!" sentak seseorang yang membuat lamunan Bianca larut dengan cepat.
Mariam, mama Bianca yang ternyata sudah berdiri di belakang gadis tersebut dengan raut wajah datar dan nada bicara yang lumayan tinggi.
Reiki yang mendengar suara istrinya bergegas mematikan telepon dan keluar dari garasi, "Ada apa, Sayang? Loh, Nak, kamu sedang apa di sini?"
Padahal, saat ini Reiki pun terkejut dengan kehadiran Bianca dan juga istrinya yang tiba-tiba berada di depan pintu garasi, tetapi ia mencoba untuk tetap bersikap seolah baik-baik saja. Ia terus berpikir, apakah kedua gadis itu mendengar semua percakapan dirinya di telepon? Entahlah, yang terpenting bagi Reiki saat ini adalah tetap tenang dan tidak boleh terlihat panik.
Bianca mengabaikan ucapan dari ibu kandungnya dan ayah tirinya itu. Ia langsung meninggalkan mereka tanpa meninggalkan satu kata pun, sambil melirik sinis ke arah Reiki.
"Dasar, anak yang tidak ada sopan-sopannya! Orang tua bertanya, dia malah pergi begitu saja," ujar Mariam dengan dirinya sendiri, "Mengapa dia bisa berada di sini?" lanjutnya bertanya kepada Reiki.
"Aku pun terkejut, Sayang, kamu dan Bianca tiba-tiba berada di depan pintu garasi," imbuh Reiki.
"Malam-malam seperti ini, kamu sedang melakukan apa di dalam garasi, Mas?"
"Ada yang harus aku diskusikan dengan stap HRD di kantor, Sayang."
"Kamu tidak berbohong kepadaku, kan, Mas?"
"Untuk apa aku berbohong kepadamu, Mariam. Aku sayang padamu," jawab Reiki dengan nada lembut sambil melingkarkan salah satu lengannya di pinggang Mariam.
"Kamu ini, selalu saja gombal," elak Mariam sambil melepaskan lengan si suami dari pinggangnya.
Mariam tidak suka ketika sang suami mencoba membela dirinya sendiri. Apalagi, tadi ada Bianca berdiri di depan pintu garasi, seolah-olah ada sesuatu yang terjadi dengan Reiki dan anaknya yang tidak ia ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Fiksi RemajaYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...