New Student

6 2 0
                                    

Matahari mulai menyelinap masuk ke sela-sela jendela yang masih tertutup. Laki-laki dengan paras yang menawan, rambut hitam berkilau terlihat menuruni anak tangga satu persatu menuju meja makan.

"Pagi, Bunda!" ucap Azzam, "Pagi juga, Ayah!" sambungnya sambil menarik kursi untuk ia duduki dan mulai menyantap sarapan yang sudah tersedia di atas meja.

Syajirah sang ibunda dan Michell sang ayah tersenyum ketika melihat anak laki-laki itu menyantap sarapannya dengan lahap. Azzam yang merasa dirinya diperhatikan ikut tersenyum menatap ke arah pasangan tersebut.

"Oh iya, Nak. Perempuan yang kemarin bersama dengan Bryan, itu siapa?" tanya Syajirah kepada Azzam saat mengingat kejadian sewaktu ia dan putranya pergi ke toko barang antik itu, karena di sana Syajirah melihat seorang gadis yang berdiri di samping Bryan.

Azzam menelan makanannya, "Itu temen Azzam juga, Bun. Namanya Bianca."

"Uhuk!"

Tiba-tiba Michell tersedak ketika mendengar sebuah nama yang baru saja dilontarkan oleh Azzam, anak sambungnya itu.

"Mas? Mas tidak apa-apa?" ucap Syajirah sambil mengusap lembut punggung sang suami.

"Tidak apa-apa, Sayang," jawabnya sambil tersenyum tipis.

Syajirah menghela napasnya, lalu melanjutkan sesi pertanyaannya kepada Azzam,  "Satu kelas denganmu, Nak?"

"Nggak, Bun. Bianca kelas dua belas IPA satu."

"Dia cantik, manis pula ...."

"Hehe ... tapi Azzam gak suka sama dia, Bun. Soalnya Bryan udah lama nyimpen perasaannya sama Bianca."

"Oh, seperti itu. Ya sudah kamu habiskan sarapannya, sebelum teman kamu menjemput."

Azzam pun mengangguk dan lanjut menyantap sarapannya. Susu sudah ia habiskan, sepiring roti juga sudah tersimpan di dalam perut. Kini saatnya Azzam menunggu kehadiran teman-temannya. Karena, mereka sudah berjanji untuk berangkat bersama hari ini. Tak lama kemudian, terdengar suara klakson mobil yang membisingkan seisi rumah, Syajirah yang mendengar suara tersebut dari arah dapur langsung berteriak, "Azzam! Temanmu sepertinya sudah menjemput!"

Azzam langsung beranjak dari sofa dan pergi mencium tangan kedua orang tuanya dan tak lupa mengucapkan salam. Ia pun membaca do'a dan bergegas keluar dari rumah lalu menghampiri mobil putih yang terparkir tepat di depan rumahnya.

"Lama lo, Zam!" kesal Bryan.

"Astagfirullahaladzim, Bryan! Masih pagi, gak boleh marah-marah, nanti dosa, loh!" cerocos Azzam.

"Astagfirullahaladzim, Azzam! Masih pagi, gak usah ceramah, Aa Bryan ngantuk. Hoam ...."

"As--"

"Berisik banget lo berdua," selip Raka yang merasa terganggu dengan percakapan kedua sahabatnya itu, "Mending lo berdua baca buku. Tuh, kayak si Farel!" lanjutnya.

Farel langsung menatap sinis ke arah Raka yang sedang menyetir.

Azzam dan Bryan yang duduk di belakang hanya bisa terdiam setelah mendengar ucapan Raka.

°●_●°

[Riverdale Country School]

Ketiga laki-laki hits itu keluar dari mobil, tapi tidak dengan Bryan. Bryan masih tetap di dalam mobil, karena tertidur. Iya, Bryan entah mengapa bisa tertidur begitu pulas.

"Zam, bangunin Bryan!" pinta Farel.

"Azzam?" tanyanya kebingungan.

"Iya, elo!" sambar Raka ikut menjawab.

Why Should Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang