Cuaca siang hari cukup terik. Karena matahari sedari tadi masih belum menyembunyikan keberadaannya dibalik awan.
[Di dalam perjalanan]
Bryan terus menerus menampakkan senyumnya sambil memandang jalanan dari arah kaca mobil.
"Astagfirullahaladzim ... Bryan kenapa senyum-senyum terus? Azzam jadi ngeri," kata Azzam ketika ia melihat ekspresi wajah Bryan, namun Bryan tidak merespon apapun.
"As--"
Karena ucapan yang sebelumnya tidak mendapat respon dari Bryan, maka dari itu Azzam berniat untuk berucap yang kedua kalinya. Namun, tiba-tiba ucapannya terpotong karena lirikan sinis Farel yang cukup tajam melihat ke arahnya.
Raka yang tengah fokus menyetir mobil ternyata menyadari hal itu dari kaca spion tengah mobil, dirinya terkekeh melihat ekspresi Azzam yang begitu pasrah ketika mendapat lirikan sinis dari Farel.
"Azzam, Azzam. Ada-ada aja," ujar Raka sambil tertawa kecil.
Azzam hanya melirik ke arah spion tersebut dengan tatapan mata yang sayu, lucu memang.
"Hari ini, hari yang membahagiakan bagi gue," ucap Bryan tiba-tiba dengan senyuman yang cukup lebar.
Farel dan Azzam menghembuskan nafasnya bersamaan ketika mendengar ucapan Bryan.
"Astagfirullahaladzim ... kenapa Farel ngikutin Azzam? Kata bunda gak baik tau kalau ngikutin orang," tutur Azzam.
"Berisik lo!" ungkap Farel, akhirnya membuka suara.
"Udah lah, Zam. Hidup itu gak usah dibawa ribet. Santai aja, Zam ..." selip Bryan.
"Apaan sih, Yan? Gak nyambung banget," balas Raka ketika dirinya mendengar ocehan tak bermutu yang dilontarkan oleh Bryan.
"Kalian gak liat wajah gue?" tanya Bryan sangat percaya diri.
"Gak," jawab Azzam dan Raka bersamaan, Farel? hanya merespon dengan memutar bola matanya malas.
"Gue baru pertama kali ketemu sama nyokapnya Caca, dan gue bersyukur banget Caca punya nyokap yang perhatian, baik, cantik pula sama kayak anaknya, alias calon istri gue," cerocos Bryan, "Caca juga punya temen yang penyayang, yang perhatian, yang selalu siap siaga kalau ada apa-apa sama dia, dan pastinya cantik," sambungnya sambil melirik ke arah Farel yang juga melirik ke arahnya.
Raka sebenarnya melirik ke arah Bryan, ketika laki-laki itu menyebutkan kata 'cantik' tapi Bryan melirik ke arah Farel, seolah-olah sengaja meledek salah satu sahabatnya. Karena, menurut pemikiran Bryan, Farel mempunyai something soal perasaan kepada Kyla, sahabat Bianca.
"Astagfirullahaladzim ... Raka gak boleh tau, liatin Bryan lama-lama," ucap Azzam yang spontan membuat Raka bergegas mengalihkan pandangannya.
Bryan langsung melihat ke arah Raka, "Oh, gue tau. Pasti lo suka kan,sama--"
"Astagfirullahaladzim, Bryan ... kalian itu sama-sama cowok. Gak boleh suka-sukaan," pangkas Azzam.
"Astagfirullahaladzim, Azzam ... maksudnya bukan gitu. Raka suka sama salah satu sahabatnya Caca," jelas Bryan yang diakhiri tawa kecilnya.
Raka memilih tidak memperdulikan ucapan Bryan, dirinya tetap fokus menyetir.
°●_●°
[Kamar rawat inap No.03 Merpati Putih]
Dokter dengan kedua perawatnya, akhirnya keluar dari ruangan tersebut, setelah lumayan lama memeriksa kondisi Bianca.
"Keluarga pasien?" tanya si Dokter.
"Saya i-i-ibunya, Dok," jawab Mariam dengan sedikit terbata-bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Teen FictionYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...