KRING!
Bel sudah berbunyi. Menandakan semua murid diperbolehkan untuk meninggalkan sekolah. Satu persatu murid mulai melangkah keluar dari kelasnya masing-masing termasuk Bianca, Sylvie, dan Kyla.
"Lo mau pulang bareng gue, gak?" ajak Sylvie kepada Bianca.
"Gue ada urusan, kalian pulang duluan aja," jawabnya.
"Tumben, apa jangan-jangan lo mau jalan sama cowok?" selip Kyla penasaran.
"Emang iya," balas Bianca santai.
"SIAPA COWONYA?" sentak Sylvie dan Kyla bersamaan setelah mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Bryan."
"Sejak kapan lo jadi akrab sama dia?" ujar Slyvie sambil mengangkat satu alis tebalnya.
"Iya! Sejak kapan?" imbuh Kyla.
"Se--" Baru saja Bianca ingin menjawab pertanyaan kedua sahabatnya, namun tiba-tiba, "Hai, Ca!" sapa Bryan sambil menepuk pundak Bianca.
"Gue duluan," ucap Bianca sambil berjalan pergi meninggalkan Sylvie, Kyla, dan juga Bryan yang masih terdiam.
"Ca! Tungguin gue!" teriak Bryan yang berlari menyusul Bianca, "Gue duluan ya!" lanjutnya sambil melambaikan tangan ke arah Sylvie dan Kyla yang tengah bingung dengan kepergian kedua manusia itu.
"Bian kenapa sih, Vie? Main pergi aja," sewot Kyla.
"Gue ada ide!" ujar Sylvie tiba-tiba.
"Apa, Vie?"
"Gimana kalau kita ikutin Bian sama Bryan?"
"Lo serius, Vie?"
"Iya, Kyl. Gue penasaran banget."
"Tapi--"
"Ya udah gue bisa pergi sendiri," lontar Sylvie yang berjalan lebih dulu meninggalkan Kyla.
"Gue ikut, Vie!" sahutnya, namun seketika kakinya terasa sulit untuk berjalan. Gadis itu pun menengokkan kepalanya ke belakang dan ternyata...
"Latihan," ucap Farel yang memegang tas gendong milik Kyla sehingga gadis tersebut sulit untuk berjalan.
"Lepasin dulu tas gue," keluhnya dan Farel pun langsung melepaskannya, "Latihan apa? Oh iya, gue lupa. Gue ekskul boxing hari ini," sambungnya yang bergegas pergi meninggalkan Farel.
Farel terdiam menatap kepergian gadis tersebut. Namun, ketika lelaki itu masih asik memantau Kyla, seketika gadis itu menghentikan langkahnya dan berbalik arah menuju ke tempat Farel berdiri.
"Hosh ... hosh ... Rel, kok, lo tau kalau sekarang gue harus latihan boxing?" ucap Kyla sambil terengah-engah.
Farel terdiam.
Kyla memang belum mengetahui siapa ketua dari ekskul boxing, yang ternyata orang itu adalah Farel, laki-laki yang sedang berhadapan dengan dirinya. Farel memang jarang berlatih di sekolah, tapi ia selalu menjadi perwakilan untuk bertanding maupun mengasah kemampuannya di luar sekolah. Jadi, maklum saja kalau mayoritas anak-anak boxing tidak mengetahuinya.
"Cepet ke tempat latihan. Lo mau kena hukum dari ketua boxing?" titah Farel, "Setau gue, dia sekarang bakal ikut latihan bareng anak-anak lain," sambungnya dengan nada yang sedikit menakut-nakuti.
"Serius? Ganteng, gak?" tanya Kyla santai, tanpa ada rasa takut sedikit pun.
Seketika Farel tertawa kecil, mengingat apa yang ditanyakan oleh Kyla itu sebenarnya dirinya sendiri.
"Gak usah banyak tanya, nanti juga lo tau sendiri," jawabnya.
"Ih! Gue kan, kepo. Pelit banget, sih!" sewot Kyla sambil mengerucutkan bibir mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Teen FictionYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...