KRING!
Bel berbunyi. Bertanda semua murid harus bergegas masuk ke kelas untuk mengikuti pembelajaran.
[12 IPA 1]
Kyla yang tengah asik membaca buku romance kesukaannya, dan Sylvie yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Lalu Bianca? Entahlah gadis itu belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya, entah kemana Bianca pergi dan mengapa ia terlambat masuk kelas.
"Kyl, Bian kemana, ya?" tanya Sylvie sambil menolehkan kepalanya ke arah Kyla.
"Gue gak tau, Vie. Mungkin telat," jawabnya.
"Tuh anak ke mana, sih? Gak biasanya," batin Sylvie.
Suasana kelas saat ini masih ramai dengan ketidakjelasan yang dilakukan oleh siswa/i 12 IPA 1 yang memiliki karakter masing-masing, karena memang tidak ada satu pun guru yang masuk. Semua murid asik dengan kegiatan yang mereka lakukan. Ada yang sibuk dengan make-upnya, ada yang bermain kuda tubruk, ada juga yang diam sambil membaca buku pelajaran dan masih banyak hal random yang dilakukan.
Beberapa menit kemudian...
"Assalamu'alaikum, anak-anak!"
"Waalaikumsalam ..." jawab mereka serentak.
"Bagaimana kabar kalian semua? Semoga semua yang ada di kelas ini, diberikan kesehatan, dilancarkan rezekinya, dan dimudahkan segala urusannya. Kembali lagi bersama saya, Pak Ja--"
Murid-murid serempak memotong ucapan lelaki tersebut, "Udah tau, Pak!"
"Saya takut kalian pada lupa, makanya saya selalu mengulanginya," jelas pak Jarwo dengan cengiran khasnya.
"Vie, pak Jarwo garing banget sih," bisik Kyla kepada sahabatnya itu.
"Kelakuan bapak lo, Kyl," balas Sylvie dengan santai.
"Ih, Vie!" geramnya sambil mencubit pergelangan Sylvie.
"Ish, sakit Kyl!" ujar Sylvie dengan sorotan mata sinis yang mengarah ke Kyla.
Kyla hanya merespon dengan menjulurkan lidahnya.
"Baiklah, anak-anak. Sekarang silahkan dibuka buku matematika halaman 70, da--"
Kedua kalinya ucapan pak Jarwo terpotong, namun kali ini, kehadiran Bianca yang membuat ucapan pak Jarwo terhenti. Tanpa mengucap salam, dan menyalimi lelaki tersebut, Bianca langsung duduk di tempatnya dengan ekspresi datar.
"Bianca! Siapa yang suruh kamu duduk?!" ujar pak Jarwo dengan tegas.
"Baru telat 15 menit, Pak!" balas Bianca tanpa melihat ke arah Pak jarwo, gadis itu sudah tau apa niat lelaki tersebut. Pak Jarwo pasti akan menghukumnya berdiri di lapangan sambil hormat menghadap ke arah bendera.
"Bangun sekarang juga, dan pergi ke lapangan!" titah pak Jarwo.
Bianca menghela nafasnya kasar dan bergegas beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi menuju lapangan sesuai dengan permintaan pak Jarwo.
Sylvie dan Kyla yang melihat hal tersebut hanya bisa terdiam tanpa berucap apapun, mereka juga merasa ada yang menjanggal dari seorang Bianca.
*****
[12 IPS 1]
Terlihat bu Cantika tengah menjelaskan materi kepada semua murid di kelas tersebut dengan perawakan tubuh yang indah saat dipandang dan cara berbicara yang lemah lembut layaknya seorang ibu yang menyayangi anaknya.
"Silahkan kalian kerjakan tugas di halaman 50, dikumpulkan hari ini juga!" ujar bu Cantika, "Bryan, sini!" lanjutnya sambil kembali duduk di kursi.
Namun Bryan tidak mendengar panggilan bu Cantika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Teen FictionYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...