"Jadi benar? Papa pelakunya?! Papa yang udah membuat kekacauan ini dan mengancam keselamatan orang lain? Iya, Pah?!" bentak Raka.
"Raka? Papa bisa menjelaskan ini semua, Nak. Dengarkan dulu semua penjelasan Papa."
"Apa yang harus dijelaskan lagi sih, Pah? Apa semuanya belum cukup jelas?" seru Raka, namun tidak sengaja Raka melirik ke arah Nathalie, dilihat kedua pipi yang memerah dan ada sedikit bercakan darah di sudut bibirnya.
"Lilie?!" Raka berlari cepat menghampiri Nathalie, diikuti oleh Sylvie begitu melihat Nathalie yang terlihat lemas duduk di lantai.
"Lilie, bangun!" ucap Raka sambil membantu menyekal badan Nathalie agar terbangun dari duduknya, "Apa yang sebenernya terjadi? Apa ini juga perbuatan Papa?" lanjutnya melirik kearah Andre.
"Iya. Dia pantas mendapatkan itu semua. Tapi tentang kejadian hari ini, Papa bisa menjelaskannya kepada kamu."
"Papa tega banget ngelakuin hal semacam itu. Papa boleh nampar aku sepuas Papa, tapi kenapa harus nampar Lilie juga, Pah? Bukannya Papa yang ngajarin aku, kalau 'Laki-laki jangan pernah sekalipun untuk berniat menyakiti wanita, bahkan sampai melukainya. Karena hal itu sama saja dengan melukai atau menyakiti ibu kandung sendiri dan saudara perempuan yang kita sayangi'. Itukan yang Papa ajarin ke aku? Apa Papa lupa sama kata-kata Papa sendiri? Apa yang Papa lakukan sekarang malah bertolak belakang dengan apa yang Papa ucapkan dulu. Bahkan Papa berani-beraninya menyakiti saudara perempuan yang udah aku anggap seperti adik kandung aku sendiri."
"Udah, Ta, udah. Dengan cara kayak gini, gak akan menyelesaikan masalah lo sama Om Andre. Yang ada, lo nyesel nantinya," ujar Nathalie yang mencoba meleraikan percakapan antara Raka dan Andre.
"Syl, gue minta tolong, tolong obatin luka Lilie. Gue mau menyelesaikan masalah ini dulu," pinta Raka kepada Sylvie, dan Sylvie pun menyetujuinya.
"Dengarkan penjelasan Papa dulu, Nak. Kamu harus tau yang sebenarnya agar tidak salah paham."
"Maaf, berhubung masalah utamanya sepertinya sudah selesai, Sebaiknya kami harus segera membawa Pak Reiki dan Pak Andre. Untuk masalah lainnya, mungkin bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan," ucap salah satu polisi dan segera memborgol pergelangan tangan Reiki dan Andre.
"Jika ada yang ingin disampaikan atau dijelaskan, silahkan sampaikan di kantor polisi nanti," sambungnya, lalu segera membawa Reiki dan Andre keluar dari rumah milik Michell dan membawanya ke kantor polisi.
"Sebaiknya Pak Michell dan Ibu Mariam ikut dengan kami juga ke kantor polisi untuk menjadi saksi."
"Baik, Pak, kami akan segera ke sana setelah masalah di sini terselesaikan," balas Michell.
"Baik, kalau begitu saya permisi," pamit pak polisi itu.
Tidak lama kemudian datanglah mobil milik Raka yang di dalamnya terdiri dari Farel, Kyla, Bryan, dan Bianca.
*****
[Di luar]
"Kayaknya ini rumah aman-aman aja, deh. Iya kan, Ca? Perasaan tadi gue denger kayak ribut-ribut ada pencuri," ucap Kyla memulai perbincangan.
"Bukan pencuri, Kyla, tapi pe-nye-ka-pan," jawab Bianca yang menekankan setiap katanya.
"Lah, ini bukannya rumahnya Azzam ya, Rel?" tanya Bryan.
"Hmm," jawab Farel.
"Kalau beneran ini rumah Azzam, berarti ... Bianca sama Azzam sodaraan, dong? Soalnya tadi gue denger Om Michell bilang 'Nak' ke orang yang di telepon tadi. Gimana kalau Caca ben--" nelum sempat Kyla menyelesaikan ucapannya Bianca entah mengapa berlari masuk ke dalam tanpa memberi aba-aba terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Novela JuvenilYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...