"APA?!" kaget Bryan dan Azzam bersamaan.
"Lo berdua gak percaya, kan? Tapi emang bener kok, dulu gue jadi korban bullying. Gue juga gak tau kenapa gue bisa dibully, mungkin niat pembullynya juga sama kayak gue, nyari kesenangan aja," ucap Bianca dengan santai.
"Yaudah, Sayang ... gak usah dibahas lagi soal bullying, aku gak mau kamu jadi inget-inget kejadian dulu. Yang aku mau, ka--"
"STOP!" pangkas Azzam.
Dengan cepat Bryan dan Bianca menengok ke arah Azzam secara bersamaan.
"Bryan ... Bryan bisa gak, gak usah lanjutin ngomongnya? Bisa kan, ya?" tanya Azzam.
"Maksud lo?" ujar Bryan merasa kebingungan.
"Azzam geli banget denger Bryan ngomong 'aku, kamu, sayang,' gitu ke Bianca. Nanti Azzam bisa dapet dosa, tau! Azzam kan, gak mau nambah dosa cuma gara-gara denger omongan Bryan," oceh Azzam.
Bianca yang sedari tadi menunggu penjelasan Azzam, dan setelah mendengar penjelasan tersebut, Bianca langsung menghembuskan nafasnya panjang.
"Sayang, masa iya aku punya adik ipar modelan kayak Azzam gini, sih?" bisik Bryan kepada Bianca.
"Kalau lo gak mau punya dosa, mending tutup kuping lo. Gak usah denger omongan Bryan, oke?" papar Bianca.
"Gak mau, ah! Azzam mau nemenin bunda di kamar. Kalian lanjut aja ngobrol berdua," ucap Azzam, "Dadah!" lanjutnya sambil melambaikan salah satu tangannya.
"Kenapa gak dari tadi coba, perginya?" ujar Bryan.
"Sekarang kan, Azzam udah pergi, tadi kamu mau ngomong apa, Yan?"
"Kamu masih penasaran?"
"Gak juga, sih. Kalau kamu gak mau lanjutin omongan yang tadi, ya gak apa-apa."
Bryan tersenyum gemas melihat wajah Bianca, terutama ketika gadis itu sedang berbicara.
"Ca, seharusnya kamu jangan jadi pendendam. Kamu harus jadikan itu pelajaran dan terus berusaha buat memperbaiki diri kamu menjadi lebih baik lagi kedepannya," ucap Bryan dengan tatapan yang serius, begitu pun dengan Bianca yang mendengarkan ucapan Bryan dengan tenang.
"Aku tau selama ini kamu hidup tanpa ada kebahagiaan. Walaupun aku baru tau baru-baru ini, ya. Tapi aku yakin, Ca, kebahagiaan itu bakal kamu dapetin di masa depan. Yang terpenting sekarang kamu harus selalu belajar, belajar dan belajar dari kesalahan," lanjut Bryan yang mendadak menjadi seorang motivator untuk Bianca.
"Yan ..." tutur Bianca yang terlihat sudah membendung air matanya.
"Kenapa, kamu mau apa?" jawab Bryan.
Bianca langsung memeluk erat tubuh Bryan dan air matanya pun pecah. Bryan yang merasakan kehangatan dari pelukan Bianca, laki-laki itu pun membalas pelukan sang pacar sambil sesekali mengelus bagian punggung Bianca.
"Kamu berhak bahagia, Ca," ucap Bryan.
°●_●°
Farel dan Kyla baru saja mengantarkan Nathalie pulang, dan saat ini hanya ada mereka berdua di dalam mobil yang tentunya mobil itu milik Raka.
"Farel ..." panggil Kyla sambil mengerucutkan bibirnya.
"Hm," jawab Farel, seperti biasa selalu singkat.
"Gue laper, deh. Kita makan dulu, yuk!"
"Bentar lagi nyampe rumah. Lo makan aja di rumah."
"Masalahnya, di rumah gue gak ada makanan. Kita makan di luar aja, yuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Novela JuvenilYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...