Malam ini, Bryan sudah berjanji untuk mengajak Bianca ke suatu tempat yang sudah disiapkan olehnya. Setelah waktu tersebut tiba, Bryan segera menjemput Bianca ke rumahnya. Dan disaat mereka sudah dekat dengan tempat tujuan, Bryan memasangkan sebuah penutup mata kepada Bianca.
"Kenapa mata aku harus ditutup segala sih, Yan?" tanya Bianca.
"Kan, biar jadi kejutan," jawab Bryan.
"Hmm ... oke. Terus, ini kita mau ke mana?"
"Rahasia."
"Ih, nyebelin!"
"Tapi, sayang, kan?"
Bianca tersenyum dan mengangguk.
"Ya udah, kamu diem aja, ya. Bentar lagi, kita sampe, kok."
*****
Sesampainya di tempat...
"Nyampe, deh!" seru Bryan.
"Berarti, ini penutup matanya udah boleh dibuka?" tanya Bianca.
"Biar aku aja yang bukain." Bryan pun melepaskan penutup mata tersebut.
Perlahan, Bianca membuka matanya.
Bianca tertegun melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Tempat dan dekorasi yang disiapkan sendiri oleh Bryan itu, mampu membuat Bianca takjub. Sederhana, namun indah.
"Wow." Satu kata itu yang terus diucapkan oleh Bianca.
"Ini semuanya, kamu sendiri yang siapin?"
"Iya. Spesial untuk kamu. Kamu suka?"
"Suka banget, Yan! Aku sampe kehabisan kata-kata, aku bingung harus ngomong apa. Ini indah banget, cantik."
"Iya, cantik. Kayak kamu."
"Makasih banyak ya, Yan. Kamu udah ajak aku ke sini, dan udah siapin ini semua." Bianca memeluk hangat tubuh Bryan.
Bryan pun membalasnya sambil tersenyum. "Syukurlah, kalau kamu suka."
"Duduk di tendanya, yuk!" ajak Bianca.
"Jangan dulu."
"Loh, kenapa?"
"Ada yang pengen aku omongin sama kamu."
"Oke, kupersilahkan kepada Tuan Bryan untuk berbicara."
"Tunggu sebentar."
Bryan berjalan ke arah belakang tenda untuk mengambil sesuatu yang ternyata adalah sebuket bunga mawar besar yang memang sudah Bryan siapkan untuk Bianca.
"Nih, buat kamu!"
Bianca dengan senang hati menerimanya.
"Wah ... sekali lagi makasih banyak ya, Yan. Ini bener-bener cantik banget, aku suka!" Bianca tersenyum sambil menghirup aroma bunga mawar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Teen FictionYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...