Hari Kelulusan

0 0 0
                                    

Inilah, hari yang selalu dinantikan oleh para siswa siswi angkatan kelas 12 di Riverdale Country School.

Perasaan campur aduk kini menghantui mereka semua. Di satu sisi, mereka merasa senang karena sudah terbebas dari yang namanya ujian atau tugas-tugas yang terasa beban bagi mereka. Tetapi, di sisi lain mereka merasa sedih karena harus berpisah dengan teman-teman mereka, harus meninggalkan sekolah tercinta mereka yang pastinya akan sangat dirindukan.

Belum lagi, tidak sedikit dari mereka yang masih belum merencanakan masa depannya, seperti 'ingin jadi apakah aku di masa depan?', 'akankah aku melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi? Atau langsung mencari pekerjaan?', dan lain-lain.

Satu demi satu dari mereka mulai berdatangan dan memasuki sebuah gedung yang khusus didekorasi dengan sangat indah, untuk merayakan hari keberhasilan, perpisahan, kelulusan, atau pelepasan. Semua kompak memakai toga, karena tema dari acara ini adalah wisuda. Ya, ide tema tersebut datang sendiri dari kepala sekolah baru mereka yang sementara menggantikan posisi Andre. Dialah Radenmas Jakaturu Zulkifli, atau yang biasa dipanggil dengan nama Zul.

Menurut Zul, mereka menggunakan toga itu agar dijadikan pengalaman bagi murid yang tidak akan melanjutkan pendidikannya dan tentunya tidak akan merasakan yang namanya wisuda. Dan bagi yang sudah berniat ingin melanjutkannya dan pasti merasakan wisuda, tentu saja ini dijadikan sebagai simulasi. Entahlah, mengapa Zul bisa berpikir seperti itu.

Bianca, gadis cantik yang wajahnya sudah diberi polesan make-up sederhana namun terlihat memesona, baru saja keluar dari mobil bersama dengan Mariam. Dan ternyata, mereka langsung disambut dengan ramah oleh Azzam, Michell, Syajirah, dan... Reiki.

"Wah ... putriku ini terlihat sangat cantik sekali," puji Michell yang terpesona melihat putri semata wayangnya itu.

"Siapa dulu dong, Papanya? Papa Michell gitu loh," balas Bianca menggoda papanya.

Semua pun tertawa kecil.

"Loh, ada Om-- Ayah juga, di sini?" ujar Bianca yang baru menyadari kalau ada Reiki di sini.

"Iya, Nak ... Ayah kan sudah bilang, Ayah akan usahakan untuk menghadiri acara ini, dan ternyata, Papamulah yang membantu Ayah," terang Reiki.

"Ayah?" tanya Michell memastikan apakah ia salah mendengar atau tidak.

"Ah, itu ... Pah, maaf Bian sebelumnya gak minta izin dulu sama Papa. Sekarang, Bian mau minta izin sama Papa. Boleh ya, Bian panggil Om Reiki dengan sebutan 'Ayah'?" izin Bianca dengan sedikit ragu, takut papanya itu akan marah.

"Oh ... ya tentu boleh, Sayang. Karena bagaimanapun, Om Reiki sekarang sudah menjadi keluargamu, ayahmu," ucap Michell sambil tersenyum.

"Papa gak marah?"

"Tidak, Sayang. Untuk apa papa marah?Tapi ... ingat ya, jangan sampai kamu lupakan Lapa kamu yang ganteng ini," canda Michell.

"Hahaha ... mana bisa sih, aku lupain Papa? Papa kan, juaranya dihati aku! Makasih banyak ya, Pah!" seru Bianca lalu memeluk Michell.

"Ayah, makasih juga udah mau dateng. Bian seneng banget deh, orang yang Bian sayang semuanya hadir," ucap Bianca.

"Nak Bianca, kalau kamu bisa panggil Om Reiki dengan sebutan 'Ayah', berarti bisa, slalu panggil tante dengan sebutan 'Bunda'?" goda Syajirah.

"Bisa dong, Bunda!" balas Bianca dengan senang hati.

"Azzam, bisa juga, panggil Tante dengan sebutan 'Mama'?" ucap Mariam.

"Bisa juga dong, Mama!" seru Azzam.

Semuanya pun tertawa bahagia, layaknya keluarga bahagia seperti biasanya.

Why Should Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang