Weekend

23 8 2
                                    

KRING!

Sebuah jam beker berbunyi, membangunkan seorang gadis cantik yang bernama Bianca.

"Eumm ..." ucap Bianca dengan nada bangun tidurnya, "Leher gue kenapa sakit gini, ya?" lanjutnya yang langsung beranjak dari tempat tidurnya, mematikan jam bekernya, lalu segera menuju kamar mandi sambil memegangi belakang lehernya.

Tak lama kemudian, gadis itu pun keluar dengan handuk putih yang menyelimuti badannya, lalu ia mulai memakai baju seragam dan menyiapkan peralatan sekolahnya.

Selesai bersiap-siap Bianca langsung menuruni anak tangga satu demi satu, namun ia mengabaikan sepasang suami istri yang tengah menyantap sarapan di meja makan.

"Nak, kamu tidak sarapan dulu?" ujar Reiki ketika melihat anak sambungnya itu berjalan keluar rumah.

"Sudah, tidak perlu pedulikan dia. Biarkan anak itu urus hidupnya sendiri," selip Mariam yang duduk di sebelahnya sambil mengelus lembut pundak si suami.

Pagi ini, Bianca sengaja tidak sarapan bersama mama dan ayah sambungnya. Gadis itu sudah muak melihat kedua orang tersebut. Ia masih sedikit sakit hati kepada mamanya. Karena perkataan yang semalam dilontarkan oleh Mariam, membuat Bianca semakin kesal dan membuat pikirannya penuh dengan pertanyaan. Tetapi, jika ia marah atau kesal dengan Mariam, itu tidak akan berlangsung lama. Hanya sementara saja sampai hatinya tenang.

Sakit. Hampir setiap hari ia rasakan.

Anak pengganggu, anak pembawa sial, anak yang selalu minta perhatian, anak yang selalu salah.

"Kenapa dunia gak pernah berpihak sama gue? Kenapa gue selalu salah di mata mama? Kenapa? Kenapa?!" ucap Bianca sambil mengepalkan tangannya. "ARGH!" Ia pun memukul stir mobil dengan kencang.

°●_●°

[Sekolah - Riverdale Country School]

"Vie, gue nemuin Farel dulu, ya!" pamit Kyla yang baru saja sampai di depan pintu kelas dan berlari pergi meninggalkan sahabatnya yang masih terdiam melihat kepergian dirinya.

Sesampainya di kelas 12 IPS 1, Kyla bergegas masuk ke dalam dan mencari keberadaan lelaki yang harus ditemuinya itu.

"Eits! Lo lagi, lo lagi. Mau lo apa, sih? Buat keributan? Ngebully anak IPS? Iya?" ujar seorang gadis yang menghadang Kyla masuk ke dalam kelasnya.

"Bukan urusan lo. Minggir!" jawab Kyla dengan lancang yang mencoba masuk dengan mendorong badan gadis tersebut sampai jatuh.

"Aw!" pekik gadis itu yang sudah tersungkur di lantai sambil mengusap bagian bokongnya.

"Emang, enak?! Makanya, kalau gue bilang minggir, ya minggir. Paham?" sengit Kyla yang diakhiri dengan smirknya.

"Wih ... temennya tuan putri ngapain ke sini? Ada perlu apa?" tanya Bryan yang melihat lebih dulu kedatangan Kyla disusul oleh Azzam yang tengah duduk sambil membaca buku Kisah Para Nabi dan Rasul.

"Nama gue Kyla, bukan temennya tuan putri!" tegas Kyla, "Emang siapa sih, tuan putri lo itu? Hah?" sambungnya.

"Bianca, temen lo. Dia itu tuan putri kesayangan gue," balas Bryan yang memperlihatkan raut wajah alaynya.

"Cih, dasar bucin. Mana mau Bianca sama cowo model kayak lo," ledek Kyla dengan tawa lepasnya, "Mana Farel?" sambungnya.

"Farel masih di jalan," sambar Azzam yang mendengar pertanyaan Kyla.

"Eh, ada Ustadz Su ... Su ... Supermi!" sapa Kyla sambil tersenyum tipis.

"Superman, anjir. Bukan Supermi," ucap Bryan sambil menepuk dahinya.

Why Should Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang