Langit sudah mulai gelap. Sylvie, gadis yang berniat untuk mengikuti kemana Bianca dan Bryan pergi pun tiba-tiba kehilangan jejak.
"Gara-gara mobil tadi ngehalangin gue, gue jadi gak bisa kepoin Bian sama Bryan. Argh!" kesal Sylvie.
Sylvie menghentikan mobilnya tepat di tempat yang menjadi tujuan dari Bianca dan juga Bryan. Yap. Tepat di depan toko barang antik ia menghentikan laju mobilnya. Jadi, tadi itu dari kejauhan Sylvie sudah melihat Bianca dan Bryan berhenti di toko tersebut, tetapi karena ada sebuah mobil yang menghalangi jalannya, Sylvie jadi tidak bisa mengikuti Bianca sampai di toko. Karena Sylvie terlambat datang, jadi Bianca dan Bryan sudah pergi dari toko antik tersebut.
"Apa jangan-jangan mereka udah balik duluan? Sial, gue telat!" cerocosnya, "Tapi, Bian sama Bryan ke toko barang antik itu mau ngapain, ya? Beli barang? Sejak kapan Bian suka barang-barang antik? Apa Bian cuma milih barang yang unik aja, ya? Kenapa harus di toko barang antik?" lanjut Sylvie penasaran.
Gadis itu pun memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut, ia memutar balik arah dan berbelok ke jalan Simanjuntak No.20. Di dalam perjalanan, seperti biasa Sylvie selalu memutar musik kesukaannya, Best Friend - Rex Orange Country. Itulah musik yang sering ia putar ketika sedang dalam perjalanan.
"You're gonna wanna be my best friend, baby. You're gonna wanna be my best friend. I said that. You're--"
Citt...
"Itu kan, om-om yang pernah gue liat di sekolah, ngapain dia duduk sendirian gitu? Kayak lagi nunggu kedatangan seseorang," ujar Sylvie yang tiba-tiba menghentikan mobilnya dengan spontan, setelah melihat ada seorang laki-laki yang pernah dilihatnya di sekolah dan ia pun pernah mendenhar perbincangan laki-laki itu dengan kepala sekolah, ya walaupun saat itu Sylvie tidak sempat mendengar perbincangan mereka.
Selang beberapa detik kemudian, terlihat ada seorang lelaki lainnya yang menghampiri laki-laki tersebut, "I-itu kan, pak Andre!" ucapnya kaget ketika melihat si kepala sekolah tiba-tiba menghampiri laki-laki itu sembari memberikan minuman yang dikemas dengan botol.
Kedua laki-laki itu terlihat asik berbincang, tetapi ada yang janggal dengan mimik wajah mereka. Seolah-olah ada suatu hal yang direncakan oleh kedua laki-laki tersebut.
Rencana apa?
Jiwa Sylvie bergejolak untuk mendekati kedua laki-laki itu, ia mencoba keluar dari dalam mobilnya dan mengendap-endap bersembunyi di balik semak yang tidak jauh dari kedua laki-laki tersebut berdiri, dan tiba-tiba ia mendengar...
"Kita harus bekerjasama," ucap Andre.
"Kerjasama? Apa sih, yang mereka rencanain?" batin Sylvie penasaran.
"Benar apa yang dikatakan kamu, Andre! Kita harus menghancurkan kehidupan anaknya. Bianca!" balas laki-laki yang saat ini berhadapan dengan Andre.
"WHAT?! BIAN?!" batinnya terkejut. Benar-benar terkejut setelah gadis itu mendengar nama sahabatnya yang baru saja dilontarkan oleh teman si kepala sekolah yang tentunya dia adalah Reiki Alterio Yogaswara.
Karena terlalu shock mendengar ucapan dari Reiki, sontak Sylvie tiba-tiba terjatuh dan menimbulkan bunyi seperti seekor hewan yang tengah berkelahi di balik semak-semak.
"Suara apa itu?" tanya Reiki kepada Andre yang mendengar suara kegaduhan di balik semak-semak.
"Sepertinya dari arah semak-semak. Akan saya cek terlebih dahulu," jawab Andre sambil berjalan menuju ke sumber suara tersebut.
"Sial," bisik Sylvie dengan dirinya sendiri ketika mendengar ada suara langkah mendekat ke arahnya.
Tap! Tap! Tap!
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Teen FictionYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...