[Di tempat lain]
"Bun! Bunda!" teriak Azzam penuh semangat sambil berlari menuruni anak tangga.
"Azzam, Sayang. Hati-hati, Nak!" panik Syajirah yang melihat Azzam berlari dari lantai atas menuju ke arahnya.
Setelah berada tepat di samping ibundanya, "Hehe ... maaf, Bun ..." ucap Azzam sambil menggaruk sebagian kepalanya yang tidak gatal.
"Memangnya ada apa, Sayang? Kamu semangat sekali kelihatannya," tanya Syajirah.
Azzam menunjukkan ponselnya kepada Syajirah, di dalam ponsel tersebut terdapat info bahwa buku 'Kisah Nabi dan Rasul' yang sejak dulu Azzam inginkan mendadak diskon besar-besaran khusus hari ini.
"Azzam mau beli ini, boleh kan, Bun? Boleh ya, boleh ya, Bun? Please ... " pinta Azzam sambil sesekali menggoyangkan tangan sang ibu.
"Bukannya kamu sudah pernah membeli buku ini, Nak?" ujar Syajirah.
"Yang ini edisi paling terbaru, Bun. Beberapa hari yang lalu baru terbit, tapi harganya masih mahal, jadi Azzam tunda dulu, deh. Terus sekarang tiba-tiba ada diskon, berarti do'a Azzam dikabulin sama Allah kan, Bun?" cerocos Azzam.
"Ya sudah Bunda izinkan. Tapi ada syaratnya," papar Syajirah sambil mengembalikan ponsel milik Azzam.
"Apa, Bun?"
"Hati-hati di jalan, kalau ada apa-apa langsung hubungi Bunda. Terus, jangan menerima ajakan orang yang Azzam gak kenal. Paham ya, Sayang?"
"Iya, Bunda, Azzam paham."
"Kamu ke toko buku, naik apa?"
"Naik sepeda, Bun."
"Ingat pesan Bunda ya, Sayang ... " ucap Syajirah.
Azzam mengangguk paham sambil tersenyum hangat ke arah sang ibu, lalu ia pergi ke halaman belakang untuk mengambil sepeda, selanjutnya Azzam langsung pergi menuju toko buku.
Selang beberapa menit setelah kepergian Azzam, seseorang yang menggunakan setelan jas, topi, dan juga masker tiba-tiba memasuki rumah Azzam dan langsung menutup pintu rumah yang sebelumnya belum sempat ditutup oleh Azzam maupun Syajirah.
"Azzam? Ada yang lupa dibawa ya, Nak?" ujar Syajirah yang tengah memasak di dapur tanpa melihat ke arah belakang.
Bagai mendapat kesempatan yang sangat besar, laki-laki yang dipikir oleh Syajirah adalah Azzam, bergegas mendekat ke dapur. Setelah berada tepat di belakang Syajirah, laki-laki itu dengan cepat menutup bagian mulut dan mata perempuan tersebut menggunakan kaim yang sudah ia siapkan sebelumnya.
Walaupun mulut dan mata Syajirah sudah tertutup oleh kain yang diikat kencang, namun ia masih bisa memberontak menggunakan kedua kaki dan tangannya.
"Diam!" sentak laki-laki itu yang langsung memegang kedua tangan Syajirah dengan erat.
"Siapa dia? Kenapa dia melakukan ini kepadaku? Ya Allah ... lindungilah aku dan anakku," batin Syajirah.
Laki-laki itu menarik Syajirah dan ia bawa ke sofa sekaligus mengikat kedua tangan dan kaki perempuan tersebut. Syajirah masih memberontak, perempuan itu terus berusaha.
"Diam! Atau anakmu dalam bahaya!" ancam laki-laki tersebut.
"Azzam? Tidak. Azzam harus baik-baik saja. Lebih baik aku diam, aku tidak mau sesuatu terjadi kepada Azzam," batin Syajirah.
Ia hanya bisa pasrah, dan berharap semuanya akan baik-baik saja. Terutama anaknya Azzam ataupun anak yang sedang ia kandung saat ini.
°●_●°
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Teen FictionYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...