Kondisi kelas saat jam istirahat memang kosong. Karena semua murid berkeliaran di area sekolah. Entah itu kantin, perpustakaan, lapangan, atau yang lainnya.
Nathalie baru saja keluar dari ruang guru, gadis itu diperintahkan untuk menyimpan lembar soal oleh pak Jarwo. Ketika Nathalie melewati kelas XII IPA 1, tiba-tiba langkahnya terhenti. Karena ia melihat seorang gadis yang tergeletak di lantai dan gadis itu adalah Bianca.
"Bianca pingsan?" tanyanya kepada diri sendiri, "Gawat! Gue harus pergi nemuin om Andre!" lanjut Nathalie yang langsung berlari kencang, sampai akhirnya ia menabrak dua orang laki-laki yang berjalan dari lawan arah.
Bruk!
"A-aw!" pekik Nathalie yang sudah tersungkur di lantai, sambil mengusap bagian lututnya.
"Astagfirullahaladzim ... K-kamu gak apa-apa? Mau Azzam bantu?" ucap Azzam sambil mengulurkan tangannya namun dengan cepat ia mengepalkan tangannya lagi, "E-emm ... maaf, Azzam lupa. Kata bunda, Azzam gak boleh pegang tangan cewek. Maaf ya ..." sambungnya sambil menarik kembali tangannya yang tadi diulurkan untuk Nathalie.
"Seharusnya lo biarin, Zam. Gue yakin, nih cewek masih bisa bangun sendiri," ujar Bryan sambil menarik tangan Azzam meninggalkan Nathalie yang masih terdiam tanpa mengubah posisinya.
"Gue tau lo benci sama gue. Tapi lo bakal nyesel ngelakuin ini sama gue ..." batin Nathalie sambil beranjak dari tempatnya dan bergegas menuju ruang kepala sekolah.
*****
Sesampainya Kyla dan Sylvie di kelas, pandangan mereka langsung tersudut ke arah Bianca yang tergeletak di lantai.
"Bian!" teriak Kyla.
Tanpa mengucap apapun, Sylvie bergegas menghampiri Bianca dan bergegas menopang kepala Bianca menggunakan tangannya.
"Ca! Bian! Woy, bangun!" ucap Sylvie sambil terus menerus menepuk pipi Bianca yang masih tidak sadarkan diri.
Kyla terbujur kaku, langkahnya seakan susah menghampiri kedua sahabatnya itu. Ia masih saja terdiam di depan pintu dengan tatapan takut dan air mata yang mulai menetes dengan perlahan.
"Kyl! Lo ngapain berdiri di situ? Cepet cari bantuan!" sewot Sylvie dengan nada yang cukup tinggi.
"V-vie, gue gak mau Bian kenapa-kenapa ..." lirih Kyla sambil mengusap air matanya.
"Ck, gue gak suruh lo ngomong, Kyl! Cari bantuan! Cepet!" sentak Vie mulai panik.
Kyla menghembuskan nafasnya dengan perlahan, mencoba menenangkan dirinya terlebih dahulu. Setelah selesai, Kyla bergegas mencari bantuan.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pas sekali, Kyla melihat Bryan dan Azzam yang tengah berjalan ke arahnya.
"Kyla? Lo kenapa nangis?" tanya Bryan penasaran.
"Hiks ... hiks ... hiks ...."
"Kamu kenapa nangis terus? Ada apa?" Azzam pun ikut bertanya, namun tetap saja, Kyla hanya merespon dengan tangisan.
"KYLA!!!" teriak Sylvie dari dalam kelas.
Bryan yang mendengar teriakan tersebut, bergegas masuk ke dalam kelas dan...
"CACA!" ucap Bryan yang langsung mengambil alih Bianca dan membopong gadis itu menuju UKS.
"Astagfirullahaladzim ..." ujar Azzam yang melihat Bryan keluar kelas, ia pun mengikuti Bryan dari belakang bersama Kyla.
Sylvie masih berada di dalam kelas.
"Sebenernya apa sih, yang ngebuat Bian pingsan? Gue harus cari tau. Jangan-jangan ini ada hubungannya sama teror itu," ucapnya kepada diri sendiri dan seketika pandangannya melihat ke arah kotak kecil dengan posisi terbalik yang berada di bawah meja Bianca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Should Me?
Teen FictionYang selalu kulihat, kehidupan seseorang itu layaknya seperti 'Setelah turun hujan, terbitlah pelangi yang indah'. Namun mengapa aku berbeda? Pelangi yang indah? Itu tidak ada dalam kamus hidupku. Kehidupan keluargaku saja bagai diterpa badai. Naasn...