.
.
.
.________________________________________
"Eza..... Makan dulu yuk"
"Engga."
"Jangan gitu dong. Ayo makan dulu, nanti baru main lagi"
"Engga mah"
"Eh, ngga mau nurut sama mamah"
"Eza ngga laper mah"
"Ngga laper apa? Kamu belum makan dari pagi. Ayo makan dulu"
"Tadi kan udah sarapan bubur."
"Udah ayo makan. Stop dulu mainnya, matiin hapenya. Ayo"
Jenovan yang baru saja keluar dari kamarnya hanya bisa menggeleng pelan melihat perdebatan antara isteri dan juga puteranya.
Aletha sibuk menata makanan di meja makan sedangkan sang putera tengah asik bermain dengan game di ponselnya.
"Biarin aja sayang. Biarin Eza main dulu" ucapnya kemudian sambil menarik kursi untuk ia duduki.
Aletha melirik pada puteranya yang masih asik dengan game-nya, lalu kemudian beralih pada suaminya yang kini tengah menatapnya.
"Dia itu belum makan. Sarapan bubur tadi pagi cuma sedikit."
"Ya biarin aja dulu. Nanti kalau laper dia juga makan"
Aletha berdecak sebal. "Jangan dibiasain gitu yang. Nanti Eza bakal susah makan. Kamu itu jangan terlalu manjain dia"
"Eza, ayo makan. Keburu dingin nih makanannya" serunya lagi pada sang putera.
"Engga" jawab anak laki-laki itu tanpa sedikitpun menolehkan kepalanya.
"Eza" tegur Aletha.
"Mama berisik" ucap anak itu dengan entengnya. Membuat kedua orang tuanya menoleh cepat dengan pandangan yang bergitu terkejut karna ucapannya.
"Astafirullah... Ezaquel!"
Bocah lima tahun itu lantas menghela nafas jengah. Ia letakkan ponselnya di atas meja lalu berjalan lesu menuju meja makan.
"Siapa yang ngajarin kaya gitu?" geram Aletha sambil menatap garang puteranya. Bukannya takut, Eza malah bersikap acuh. Anak itu hanya melipat tangannya di atas meja, lalu menatap jengah pada makanan yang ada di depannya.
"Eza, denger mama ngomong kan ?"
"Udah udah. Ngga usah diperpanjang. Namanya juga anak kecil yang"
"Justru karena masih kecil yang, makanya harus diajarin yang bener."
Ezaquel yang mendengar itu menghela nafas lesu. "Katanya mau makan. Kapan makannya nih kalo malah berantem?" tanyanya.
Aletha dan Jenovan dengan kompak menoleh pada sang putera. Dengan menahan kesal, Aletha pun menyendokkan nasi ke atas piring sang putera lalu memberikannya lauk sayur dan juga ayam goreng kesukaannya.
"Makasih ma" ucap anak itu setelah piringnya sudah kembali ke hadapannya.
"Sama-sama. Dihabisin ya, harus pinter makannya"
"Hmm"
Jenovan mengelus rambut legam sang putera dengan sayang. Ia kemudian menatap pada sang isteri yang masih saja kesal di tempatnya. Bagaimana tidak, puteranya begitu santai dengan hanya berdehem saat menjawab ucapannya.
"Kenapa lagi sih? Kan Eza udah mau makan?"
"Gimana ngga kesel. Gen kamu terlalu kuat yang, di Eza. Liat tuh anaknya, jadi ngikutin kamu semua kan. Kecil-kecil udah irit ngomong. Dehem dehem doang. Harusnya dia itu cerewet, aktif, bukannya malah bersikap dingin kaya kutub gitu. Mulutnya juga pedes lagi kaya kamu. Aku kaya lagi ngadepin kamu versi mini tau ngga kalo lagi ngomong sama Eza. Kesel aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
JENOVAN [JenoxKarina]
JugendliteraturJenovan, pemuda dengan kecerdasan tinggi yang memiliki sikap yang dingin dan juga sedikit kasar. The captain of attack and strategy nya club Eragon. Club motor besar yang menjadi pelindung SMA Mandala. Jenovan adalah cowo yang cerdas, sangat kuat...