#8 : Preman

17.1K 1.3K 42
                                    

.
.
.
.

Happy reading
📖📖📖

.
.
.
.

________________________

Seperti ucapan Jeno kemarin, hari ini Aletha benar-benar berangkat di antar supir. Mama Arini juga sudah mengijinkan. Entah apa yang Jeno katakan sampai Arini mengijinkan Aletha berangkat sendiri tanpa harus bareng Jeno seperti sebelumnya. Padahal biasanya Arini akan selalu mencari alasan agar keduanya selalu berangkat bersama dan pergi kemana-mana juga bersama.

"Makasih ya pak" ucap Aletha pada pak Burhan, supir pribadi Arini dari luar jendela.

"Sama-sama non. Kalau begitu saya pergi ya non, semangat sekolahnya"

"Siap pak. Bapak juga hati-hati ya. Jangan ngebut"

"Siap non"

Setelahnya, supir berusia empat puluh tahunan itu segera melajukan mobilnya meninggalkan area Mandala.

"Eh si eneng geulis, pagi neng. Udah ngga lari lagi neng?" sapa mang Cecep yang berdiri di dekat gerbang.

Aletha yang tengah berjalan masuk terpaksa berhenti dan membalas sapaan mang Cecep.

"Pagi juga mang. Engga dong mang. Capek saya lari-larian terus. Nih, betis saya aja udah kaya gini bentuknya" jawab Aletha santai sambil menunjukkan betisnya.

"Si eneng bisa aja. Masih aman tuh betisnya."

"Masa sih mang ?" Aletha langsung memegang betisnya dan memijatmya pelan. "Padahal ini udah keras banget loh mang. Udah kaya batu. Mamang mau pegang?"

Mang Cecep langsung bergerak mundur. "Eh si eneng mah. Ya engga mau atuh, masa pegang-pegang. Ngga pantes atuh neng"

"Kan aku ijinin mang. Ngga apa-apa kalo mamang mau buktiin" Aletha makin mendekatkan dirinya dan menjulurkan kakinya ke depan satpam itu.

Mang Cecep langsung bergerak mundur sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Wajahnya berubah gugup bukan main.

Agresip pisan budak ini teh? Pikir Mang Cecep polos.

"Mang? Kok diem? Ini" Aletha kembali menunjuk kakinya.

"En...engga neng, ngga perlu. Percaya mamang mah, percaya."

Melihat ekspresi gugup mang Cecep, Aletha langsung tertawa. Menjaili mang Cecep adalah hobinya karna bisa membuatnya sedikit terhibur. Apalagi melihat muka malu-malu satpam itu sangat ia menggodanya. Benar-benar sangat lucu. Wajahnya yang merah dan juga cara bicaranya yang berubah gagap. Selalu bisa membuat Aletha tertawa.

Dan disaat Aletha tengah bercanda bersama mang Cecep di dekat gerbang, ada sepasang mata yang terus memperhatikan cewe itu dari atas motornya. Melihat cewe itu yang kini bisa tertawa lepas, tak ada lagi ekpresi kesal dan wajah kelelahan seperti hari-hari sebelumnya.

"Gue tahu lo ngelindungin dia Jen" tiba tiba seseorang membuyarkan pandangan Jeno yang tengah fokus pada Aletha.

Andra, sahabat sekaligus ketua Eragon itu memang masih duduk bersamanya di parkiran sekolah.

"Lo emang harus ngelindungin dia. Tapi cara lo yang kemarin itu juga salah." sambung Andra mengingatkan.

Cowo itu mengikuti arah pandang Jeno yang masih lurus pada Aletha. "Dia itu calon tunangan lo. Jadi jangan terlalu keras sama dia."

"Hmm" respon Jeno singkat.

"Gue tahu lo ngelakuin itu karna takut soal Bima. Lo engga mau Aletha sampe ke bawa-bawa sama masalah lo. Apalagi kalau sampe nyokap lo tahu." ujar Andra, berusaha memahami apa yang ada di pikiran sahabatnya.

JENOVAN  [JenoxKarina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang