Life Live [Haruto dan Senja] [Selesai]✓

Sembilan

•Haruto Brothership
•Sorry for typo

Haru melangkahkan kakinya mendekat ke arah mobil yang sudah di siapkan oleh supir pagi tadi. Sesuai dengan rencananya ia akan berangkat bersama Haruto, ia tidak memperbolehkan kakak nya itu menaiki motor sebelum kesehatan nya sudah kembali pulih.

Haruto berjalan gontai ke arah sepeda motornya sebelum suara sang adik menginterupsi untuk nya berhenti. Ia mengalihkan pandangannya pada Haru yang berdiri tak jauh dari nya berada.

"Kakak hari ini berangkat lah dengan mobil, kesehatan mu belum sepenuhnya sembuh."

Haru berjalan mendekat ke arah kakaknya berada, pemuda setahun lebih tua dari nya masih pucat. Pagi tadi saja ia masih mengeluh sakit di bagian kepalanya. Si lebih tua hanya memandang kosong Haru yang ada di depannya saat ini tanpa ada niatan untuk mengusir nya.

"Kakak ayo cepat." Haru meraih tangan Haruto untuk di seretnya menuju mobil.

Haruto menurut saja, hari ini biarkan dia menuruti semua apa yang Haru inginkan, di dalam lubuk hatinya ia sedikit merasa kasihan pada Haru, karena dirinya selalu menganggap Haru sebuah penyakit dalam kehidupannya.

Haruto duduk bersebelahan dengan Haru yang berada di samping kirinya, sebelumnya Haru memakaikan jaket tebal milik nya pada dirinya. Sekarang aku bertanya pada mu Haruto Watanabe, Haru sudah sebaik itu pada mu, apa kau masih menganggap Haru itu sebagai penyakit?.

Haruto memalingkan wajahnya enggan menatap manik cokelat Haru. Pemandangan di luar lebih menarik daripada memandang wajah teduh adik nya.

Haruto sedikit tersentak kala sebuah tangan menepuk kepalanya pelan, "Kakak tidur saja dulu, kalau sudah sampai akan aku bangunkan."

Haruto mengangguk dan menyamankan dirinya untuk bersiap tidur.

Haruto dan Haru berjalan beriringan kali ini untuk menuju ke kelas nya, itu semua tidak luput dari pandangan teman-teman Haru dan para anggota geng Haruto.

Dua kakak beradik yang selalu bertengkar kini terlihat sangat akur, bahkan Haruto tidak menyingkirkan tangan Haru yang bertengger di bahunya, menuntun pemuda yang menjadi kakaknya itu berjala.