•Haruto Brothership
•Sorry For Typo
Haru duduk tepat di depan kakaknya yang setia menundukkan kepalanya, enggan menampakkan wajahnya. Kakaknya sudah pulang dua hari yang lalu, namun ia masih tidak mau berbicara dan terkesan menghindar.Haru menggenggam lembut tangan Haruto sehingga membuat sang empu menatap bingung Haru atas tindakannya barusan.
Ia tatap wajah tirus kakaknya, banyak beban yang tergambar di sana, kantung mata yang melingkar di sekitar bawah mata nya dan mata yang dulu tajam kini makin sayu.
"Kakak besok apa kau kembali sekolah?."
Haruto menarik tangannya, ia tidak menjawab pertanyaan yang di tujukan pada nya. Ia nampak berbaring menyamping membelakangi Haru.
Haru faham, secara tidak langsung kakaknya memang mengusirnya, namun Haru tak mau berburuk sangka, kakaknya masih lelah dan sakit.
Akhirnya setelah pergulatan batinnya yang terus melintang di pikirannya, Haru memilih untuk meninggalkan Haruto sendiri. Sebelum ia beranjak dari ranjang Haruto, ia menyempatkan membenarkan letak selimut kakaknya dan mematikan lampu nya.
"Kakak masih belum mau berbicara ayah ibu, maaf."
Haru menunduk bersalah pada kedua orangtuanya yang menunggu nya di depan pintu kamar Haruto.
Hanbin menepuk pelan pundak anak nya, mengucapkan banyak terima kasih pada afeksi yang di berikan nya pada Haru, anaknya itu memang bisa di andalkan dalam hal apa pun, namun tidak untuk ini.
"Tidak apa-apa, sekarang tidur lah, besok kau harus sekolah." Hanbin menepuk pelan pucuk kepala Haru sebelum anaknya beranjak dari hadapannya.
"Apa keputusan kita memaksa Haruto untuk pulang bersama kita adalah hal yang salah?."
Hanbin menatap Lisa yang berkata demikian, mereka kini masih belum terlelap. Hanbin dan Lisa duduk di ranjang mereka dengan Lisa yang membelakanginya.
Hanbin menunduk melihat kakinya yang menyilang, jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, namun matanya tak memberat sama sekali.
Ungkapan bahwa ketika orang banyak pikiran akan sulit tidur itu memang benar, Hanbin dan Lisa membuktikan kebenaran nya.
"Kita memisah kan anak dan ayah." Lisa melanjutkannya.
"Kita sebenarnya berdosa karena tidak membolehkan Haruto bertemu dengan ayah kandungnya, aku melihat banyak kesedihan di mata Haruto ketika kita membawanya pulang."
"Hanbin."
Hanbin menoleh pada Lisa kala istrinya memanggil matanya, wajahnya telah basah oleh air mata dan raut wajahnya yang memandang nya dengan tatapan terluka dan bersalah.
"Aku rasa Haruto tak akan bahagia jika ia terus bersama kita."
Hanbin memejamkan matanya, Haruto tetaplah anaknya, meskipun terkadang perlakuan nya pada Haruto berbeda dengan Haru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Live [Haruto dan Senja] [Selesai]✓
Teen FictionTerinspirasi dari 'Treasure Web Drama' Aku adalah separuh jiwa yang hilang dan rusak, aku minim akan perasaan dan aku beban dalam hidup. Aku adalah bagian terburuk dari hidup mereka. Haruto Brothership [Selesai] [Part lengkap] Author note: Wattpad k...