3| Beginning

609 79 374
                                    

⸙͎⸙͎⸙͎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⸙͎⸙͎⸙͎

Karena pengunjung kantin sedang ramai-ramainya dan pada saat itu Jihan membawa makanan di kedua tangannya, tubuh mungilnya tak sengaja tersenggol oleh murid lain. Hal itu mengakibatkan Jihan hilang keseimbangan lalu terjatuh.

"Akkkh!" jerit Jihan yang sudah terduduk di lantai dengan bajunya yang kotor dipenuhi kuah bakso dan pecahan kaca berserakan di mana-mana. "Sial ... ada-ada aja!"

"Ya elah gitu doang jatuh lo, gue nggak sengaja," kata seorang siswi yang tidak senagaja menyenggolnya, lalu ia pergi begitu saja.

Jihan yang mendengar penuturan siswi itu hanya bisa menghela napasnya. Kini di pikirannya hanya tentang seragamnya yang basah.

"Butuh bantuan?" tanya pemuda jangkung itu datar sembari mengulurkan tangannya-sedikit membungkuk.

"Nggak usah, gue bisa sendiri," tolak Jihan tanpa melihat lawan bicaranya.

"Gue cuma kasian sama elo, nggak ada yang nolongin," jelas Angga dengan tangannya yang masih di posisi yang sama.

"Makasih, tapi gue nggak butuh kasihan dari lo." Lagi-lagi Jihan tak tertarik untuk memandang lelaki yang berniat menolongnya. Ia sibuk membereskan mangkuk kaca yang berserak.

Angga menatap wanita itu dengan tajam dan menelan salivanya dengan kasar. "Oh, oke ...." Angga menarik kembali tangannya.

"Cewek sialan, lihat aja gue bakalan bikin lo nyesel!" batin Angga yang tak terima bantuan darinya ditolak mentah-mentah oleh gadis itu.

Di kamus Angga tak ada yang namanya ditolak cewek. Bahkan hampir semua cewek akan jatuh cinta pada pandangan pertama ketika menyaksikan pesonanya yang elegan dan terlihat mahal.

Anggara pun berbalik dan meninggalkan gadis yang masih betah menatap lantai. "Dasar, cewek aneh," decak Angga kesal sembari sambil menarik kursi dan duduk kembali.

"Kenapa? Tertolaque?" tanya Gilang dengan nada meledek.

"Itu si Jihan anj*r, anak kelas sebelas IPA! Berape, yee ... gue lupa. Yang jelas dia tuh salah satu murid terpintar di sekolah ini, kalo ngomong pedes banget kek boncabe level lima puluh!" jelas Gilang. Meskipun Jihan sangat tertutup tentang kehidupannya, ia cukup terkenal di SMA itu karena kepintaran dan penampilannya yang menggemaskan di mata kaum adam.

"Taphi cwakep sih gilak, sayang bener galak," tambah Gilang lagi dengan mulutnya yang masih sibuk mengunyah mie-nya.

"Kalau nggak galak, kenapa emang?" tanya Raafi.

"Gue gebet lah. Ya kali disia-siakan?" balas Gilang antusias.

"Jangan." Angga yang sedari tadi hanya diam sambil menyantap makan siangnya, tiba-tiba angkat bicara.

"Kenapa? Demen lo?" ledek Gilang dengan alisnya yang naik turun menggoda Angga.

"Nggak."

"Lah, terus?" Gilang menautkan alisnya bingung. Kenapa Angga melarangnya untuk menyukai Jihan padahal dia sendiri tidak suka? Namun, bukannya mendapat jawaban, yang ditanyai malah diam sembari meminum segelas air putih sambil menyeringai entah apa yang ada di pikirannya saat itu.

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang