14| Rainbow After the Rain

304 43 196
                                    

Hey, jangan lupa klik 🌟 Enjoy!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hey, jangan lupa klik 🌟
Enjoy!!
.
.

"AKKKHH!!!" Jihan menumpahkan seluruh kekesalannya di belakang gudang yang cukup jauh dari gedung utama. Saat itu sepi. Tak terlihat ada siapapun disitu selain dirinya.

"Mereka semua itu bego apa gimana sih?! Mereka pikir gue bakalan nyerah karena diginiin? Enggak!! G-gue gak mungkin nyerah semudah itu!"

"M-mereka gak tau apa?? Harga telur sama tepung lagi mahal ...." Saat ini pikirannya benar-benar sangat kacau. Tak sadar air matanya pun lolos kembali membasahi pipi.

Bagaimana mungkin seorang manusia tega melakukan hal keji seperti itu? Apakah hati nurani mereka tak berfungsi lagi?

Tuhan, rasanya sakit, sakit sekali. Apa dosa yang telah aku perbuat hingga pantas mendapatkan perlakuan seperti ini? Jihan merintih seorang diri.

Hh-hiks... Hiks...

"Oalah, bangs*t! Team gue noob banget taii!!"

Tiba-tiba ada teriakan yang berasal dari sisi lain gudang itu. Jihan tak sendiri, ada orang lain selain dia.

Hal itu membuat Jihan terlonjak kaget dan segera menghapus air matanya yang masih tersisa. Dia melihat sekeliling, celingukan mencari asal suara, namun tak dapat melihat siapa-siapa. Tak mungkin ocong, kan? Masa ocong main game mobile? Atau mungkin salah dengar? Hm, tapi tidak. Karena suaranya begitu jelas terdengar di telinga Jihan.

Ah, syukurlah, ternyata manusia. Dia tampan. Netra Jihan mendapati seorang laki-laki bertubuh tinggi, dengan telinga yang tersumbat earphone putih tanpa kabel—berjalan keluar dari samping gudang. "Ehh! So-sorry, gue kira gak ada orang," lirih Jihan dengan suara khas sehabis nangis.

Matanya sembab, rambutnya lepek, tubuhnya mengeluarkan bau tidak sedap, Jihan terlihat sangat berantakan. Meskipun begitu, kecantikannya tetap tak bisa ditutupi. Udah kece dari lahir...

"Hmm? Santai aja," ucap lelaki itu menatap lamat netra milik Jihan. "Pura-pura kuat juga nggak baik," lanjutnya, lalu melangkah pergi.

Jihan hanya berdiri mematung, memandangi cowok itu berjalan melewatinya. Deg! Tiba-tiba cowok itu menghentikan langkahnya—berbalik menghadap Jihan. Netra mereka pun saling bertemu lagi. Kemudian pria itu terlihat merogoh saku depan celananya, seperti sedang mencari sesuatu.

"Nihh pake! Walaupun agak nggak guna sih." Dia melemparkan kain berbentuk persegi berwarna silver, ke arah Jihan. Dan Jihan pun reflek menangkapnya. 

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang