H a p p y—reading, oll<3
⸙͎⸙͎⸙͎
"Jihan udah deket kok, Nek. Tinggal masuk gang. Maafin Jihan ya nggak ngabarin Nenek, Jihan lupa kalau mode pesawatnya aktif, hehe," sahut Jihan di seberang sana.
Tampak bulir air turun dari sudut mata wanita lansia berambut didominasi warna putih itu. "Kamu ya, suka sekali bikin Nenek khawatir."
"Nek, Jihan di mana?" Angga ikut menimpali dengan meninggikan suaranya.
Jihan yang mendengar suara berat itu langsung bertanya guna memastikan. "Itu Angga, Nek?" Fatimah menjawab dengan dehaman.
"Kalau Angga mau jemput, bilang aja Jihan udah deket, ya, Nek? Oh iya, udah mau adzan, Angganya jangan diusir dulu Nek, kasihan ...."
Dengan mendengar itu saja, sudah membuat Fatimah paham bahwa seorang pemuda tinggi yang berdiri di hadapannya saat ini sudah berhasil memasuki ruang hati cucunya. Sebelumnya Jihan tidak pernah yang namanya mengkhawatirkan lelaki.
Sembari menunggu cucunya pulang, Fatimah memutuskan untuk mempersilakan Angga masuk ke dalam rumah.
***
Setelah Jihan pulang dari rumah sakit sore ini, ia memutuskan untuk singgah di pemakaman umum, tempat peristirahatan terakhir kedua orang tuanya. Rasa rindu yang tak dapat terbendung, Jihan tumpahkan melalui air matanya. Terakhir kali ia mengunjungi tempat itu pada saat hari raya Idhul Adha, ditemani sang nenek. Sudah cukup lama, hingga rerumputan mulai tumbuh di atas makam yang letaknya berdampingan. Tertulis nama, tanggal lahir, serta tanggal kematian yang sama di atas nisan mereka.
Kenangan buruk masih teringat jelas di benaknya. Saat kedua orang tuanya terlibat kecelakaan, gadis kecil berusia lima tahun tersebut menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri.
Pada malam itu, Jihan tampak semringah disertai jantung yang berdebar, karena mainan impian yang dijanjikan Fatimah beberapa waktu lalu akan segera menjadi miliknya.
Orang tua Jihan, Rani Mashita serta Agung Pratama berniat menjemput keduanya untuk makan malam bersama di rumah yang Jihan tempati saat ini. Namun naasnya, tepat sebelum berbelok, sebuah mobil datang dengan laju di atas rata-rata menghantam mobil mereka.
Setelah ditelusuri oleh polisi, ternyata penyebabnya karena sang pengemudi mobil tersebut tengah mengantuk. Hal ceroboh itu mengakibatkan seorang gadis kecil kehilangan sepasang manusia yang paling berharga baginya.
Senyuman gadis kecil tersebut pudar seketika. Sebuah mainan dibungkus kotak yang lebih besar dibanding tubuhnya tergeletak di atas tanah. Air matanya pecah, seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "MA-MAMA! PAPA!" Mulutnya tidak bisa menutup. Ia meraung dengan keras dengan menghentakkan kakinya. Jihan ingin segera menghampiri kedua orang tuanya. Namun, Fatimah menghentikan dengan cara memeluk Jihan, tentu dengan perasaan yang juga luar biasa terkejutnya. Karena Fatimah mengerti, kondisi Rani serta Agung saat itu tidak layak untuk disaksikan oleh putri kecil mereka.
"JIHAN MAU KETEMU MAMA SAMA PAPA!" teriaknya dengan rasa putus asa. Terasa sesak di dada, seolah jantungnya kini tengah dijepit oleh benda yang amat keras. Batinnya terus berdoa kepada Tuhan agar dirinya tidak akan merasakan yang namanya kehilangan.
Orang-orang yang kebetulan menyaksikan kecelakaan tersebut ikut berkerumun di sekitar mobil yang sudah tidak karuan bentuknya itu. Bahkan rintik hujan ikut menyertai suasana tragis itu.
***
Jihan berjalan gontai memasuki rumahnya. Ketika pintu terbuka, dua wajah khawatir langsung menyambutnya. Fatimah lebih dulu menghampiri dengan memeluk tubuh Jihan. "Dari mana saja kamu, Jihan? Nenek khawatir kamu kenapa-kenapa."

KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [END]
Novela JuvenilYouth _ Romance _ Comedy [R 13+] *BELUM REVISI* Terdapat adegan kekerasan dan perkataan kasar. Selebihnya keuwuan(◕ᴗ◕✿) Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Anggara Byakta Lesmana, yang aslinya soft boy, seniman, memiliki h...