15| Nothing Changed

305 42 182
                                    

"Meski kau sedang
terpuruk sekalipun, waktu dan semesta akan tetap terus berjalan melaksanakan tugasnya."

-Jihan Revalia R.

Setelah sekian lama tak melihat wanita yang membuatnya jatuh cinta pada hari pertamanya sekolah, kini Angga melihat wujudnya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sekian lama tak melihat wanita yang membuatnya jatuh cinta pada hari pertamanya sekolah, kini Angga melihat wujudnya lagi. Masih sama, sepeda kuningnya masih berdiri menemaninya di sana. Kali ini surainya diikat ke belakang dengan pita berwarna putih. Ia memberi makan kucing-kucing yang terlihat lapar di hadapannya. Belum sempat melihat wanitanya dengan puas, ia dikagetkan dengan suara klakson motor yang memekakkan telinga.

Tiinn! Tiinnn!

Gilang membuka penutup helmnya, "Ngapain berhenti di sini, lo?"

Mengganggu saja, dasar kepo!

"Nggak. Tadi ada semut mau lewat," jawabnya asal. Membuat Gilang menganga heran. Setelah itu Angga langsung mengenakan kembali helmnya. Mereka pun segera mengendarai motor beriringan ke sekolah.

Padahal tadinya Anggara berniat untuk menemui gadis itu, sekalian berkenalan. Ah, gagal deh.

***

Setelah kejadian di hari sebelumnya, tak ada yang berubah untuk Jihan. Ia tetap harus menghadapi lingkungan sekolah yang sangat tak nyaman itu. Sudah pasti ada pikiran ingin pindah sekolah, namun apa boleh buat? Masalah ekonomi tidak ada habisnya. Masih untung bisa bersekolah di sini karena beasiswa. Untuk kebutuhan sehari-hari saja kadang kurang. Entah siapa yang harus disalahkan jika berada di situasi seperti ini.

Pagi-pagi sekali gadis itu datang dengan wajahnya yang tampak murung. Tidak seperti Jihan yang biasanya. Padahal ia yang biasanya selalu bersemangat ketika pergi ke sekolah untuk belajar. Rasa ingin bersembunyi selalu hadir di dalam pikirannya saat ini.

"Bisa-bisanya dia masih ke sekolah ini."

"Asli! Muka tembok banget."

"Dasar nggak tau diri! Kasihan kan, ayang gue kakinya kepanasan gara-gara lo!"

Komunitas pembenci langsung menghujatnya ketika wujud diri terlihat. Katanya sih berbisik, tapi hal itu terdengar sangat jelas di telinga Jihan. Pasti mereka sengaja, kan? Masih pagi sudah memanen dosa.

Gadis itu memilih untuk tak menggubris. Emosi yang tak terkontrol hanya akan memperburuk keadaan.

"Jihan, lo pasti kuat. Let's see what happen if you're not give up." Dengan menggenggam erat ibu jarinya, Jihan melangkah pelan melalui para manusia tak punya hati itu.

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang