Youth _ Romance _ Comedy
[R 13+]
*BELUM REVISI*
Terdapat adegan kekerasan dan perkataan kasar. Selebihnya keuwuan(◕ᴗ◕✿)
Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Anggara Byakta Lesmana, yang aslinya soft boy, seniman, memiliki h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jangan lupa tekan tombol bintangnya maniezz;) Thank you in advance!
⸙͎⸙͎⸙͎
Di pagi Minggu yang cerah, tampak seorang gadis tengah berusaha keras menggapai sesuatu, tinggi badan yang tak seberapa lagi-lagi membuatnya kesulitan. Tanggal merah tak membuatnya libur juga bersedekah kepada kucing liar yang mulai tumbuh besar. Sudah sekitar 5 bulan Jihan menjadi ibu angkat dari kucing-kucing jalanan itu. Walaupun keadaan finansial kurang stabil, ia selalu menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli makanan kucing, meski bukan merk ternama, setidaknya mereka tak perlu kelaparan.
"Meoong ... ckckck, Bright, ayo turun. Ngapain main di pohon, sih? Nanti jatuuuh."
Salah satu kucing bernama Bright, pagi ini bertingkah lagi. Memang Bright ini paling aktif dibanding 4 saudaranya yang lain.
"Bright! Yang bener aja masa gue harus manjat? Gue pake rok tauu, tolong pengertiannya."
Si kucing hanya mengeong, ketakutan. "Meong! Meongg!!" Bright menengok ke bawah, ada rasa ingin turun, tapi keberaniannya tak cukup. Dan bukannya turun, ia malah naik semakin tinggi.
Karena Bright tak juga kunjung turun, membuat Jihan kasian, akhirnya dia memutuskan untuk memanjat. Karena memang posisinya tak begitu tinggi. Sekitar dua kali dari tinggi badan Jihan. Ia menaruh tasnya di keranjang sepeda, lalu mengikat surainya ke belakang, setelah itu, ia mengambil ancang-ancang untuk memanjat. Untungnya ia memakai rok yang elastis alias bisa melar, jadi dia tak terlampau kesusahan. Ia memposisikan kaki kanan terlebih dahulu di bagian tangkai, lalu memeluk tubuh pohon dengan erat. Sementara kaki kirinya masih berada di tanah. Posisinya tampak aneh memang jika dipandang dari kejauhan.
Di saat yang sama, Anggara pulang dari membawa Greyshe untuk grooming, sekalian singgah di pet shop-menyetok makanan yang tinggal sedikit. Tak sengaja melihat itu, dia memutuskan untuk singgah memastikan. Tempat ia bertemu sang jodoh di hari pertamanya sekolah. Mungkin ini waktunya ia mengambil langkah, untuk mendekati gadis incarannya itu.
Brumm....
Sesampainya Angga di sana, ia berdehem baru bertanya. "Ngapain?"
"Astaghfirullah!" Jihan terlonjak kaget dan langsung menoleh ke sumber suara. Terlihat seorang laki-laki duduk di atas motornya dengan tas kucing menempel di punggungnya. Wajahnya masih tertutup helm, tapi Jihan langsung tau siapa cowok itu. Karena ia sudah hapal betul, dari motor dan postur tubuh yang hampir setiap hari ia lihat.
"Bisa nggak gak usah ngagetin?" ketus Jihan. Dia berdiri kembali ke posisi semula, lalu ia rapihkan pakainya yang terlipat.
"Hah? Gue nggak salah liat?" monolog Angga, tak percaya wajah Jihan yang kini ia saksikan.
"Ngapain?" Angga bertanya lagi.
"Lo tuh hantu atau apa sih? Perasaan lo ada di mana-mana deh." Bukannya menjawab, ia malah memarahi Angga.