11| Agreement

377 49 268
                                    

Jangan bosen-bosen yaa
Maaf telat update huhuಥ_ಥ

Jangan bosen-bosen yaaMaaf telat update huhuಥ_ಥ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>••<

Sontak Jihan pun juga ikut terkejut, sembari mengucek dan menyipitkan matanya, harap-harap salah lihat. Tapi ternyata sama saja, tak ada yang berubah, pria yang menyebalkan dan terus mengganggu-nya, kini hadir tepat dihadapannya.

"Wait, please jangan bilang ini rumah cowok resek itu? Kalau beneran iya ... doa Jihan yang tadi jangan dikabul ya Allah," batin Jihan dengan penyesalan.

Kini kedua pasang netra tersebut saling bertemu satu sama lain, seakan tak percaya. Keduanya berharap semua ini hanya mimpi atau halusinasi. Tapi, ini dunia nyata, dunia yang sebenarnya. Pertemuan tak disengaja dan tak diinginkan.

"Kayaknya ada yang salah deh sama mata gue. Masa gue halu? Punya dosa apa sih gue, sampai-sampai harus ketemu ni cewek di sini? Di rumah gue?!" batin Anggara. Tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Mood-nya semakin rusak saja. Tadi kucing kesayangannya hilang entah dimana dan sekarang? Dihadapkan kepada sosok makhluk yang ia tidak sukai. Ada apa dengan hari ini?

"Loh?? Kalian saling kenal?" tanya Nisa curiga, menatap kedua remaja itu secara bergantian.

"Enggak, Bun. Angga gak kenal." Anggara menjawab secara cepat, setelah kembali sadar dari lamunannya, ini semua memang nyata. "Angga ke kamar," sambungnya.

Dia bahkan tak punya sisa energi untuk bertanya kenapa cewek itu bisa duduk di sofa bersama bundanya. Sudah terlalu pusing mendapat kejutan dari semesta secara bertubi-tubi. Anggap saja, ini cuma mimpi dan tidak melihat apa-apa. Angga sedang menolak kenyataan.

Sementara Jihan, dia mengalihkan pandangannya secepat kilat ke arah gelas yang berisi air berwarna oranye, yang sudah tinggal setengah di atas meja. Ia menatap gelas itu lamat-lamat, batinnya berharap bisa memutar kembali waktu. Agar pertemuan ini tak pernah terjadi.

Sedangkan Nisa, ia tengah dilanda kebingungan. Karena ekspresi mereka sebelumnya itu cukup jelas, mereka berdua ini pasti sudah saling kenal. Tapi kenapa putranya harus berbohong?

"Anggaa, sini dulu, Nak." Nisa memanggil anaknya yang kini sudah melangkahi beberapa anak tangga menuju kamarnya.

"Kenapa, Bun?" Angga menoleh dengan malas.

"Kamu nyari ini??" tanya Nisa sembari memperlihatkan wujud Greyshe pada Angga.

Wajah Angga yang tadinya kusut seperti belum disetrika, kini berubah menjadi senyum cerah, seperti sudah lama tak bertemu dengan sang kekasih hatinya. "Kok bisa, Bun?" Angga turun kembali, mendekati bundanya—melepas rindu dengan Greyshe. Setelah tak bertemu kurang lebih empat jam.

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang