12| Already Hated You

344 44 240
                                    

>••<

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

>••<


Senin, merupakan hari yang begitu banyak pembencinya, terutama anak sekolah. Bagi mereka, hari ini merupakan hari terberat jika dibandingkan dengan hari lainnya. Alasan utama adalah karena upacara bendera. Terlalu malas untuk berdiri di bawah terik matahari yang membakar kulit. 

Teng ... Teng ... Teng ...!

Begitu bel dibunyikan, masih banyak terlihat murid yang berlarian memasuki gerbang utama sekolah. Karena sebentar lagi, gerbang tersebut akan ditutup dengan rapat. Bahkan masih ada beberapa murid berada di luar sana ketika gerbang sudah ditutup. Mereka terlambat. Dengan begitu sudah pasti akan mendapatkan hukuman. Entah membersihkan toilet ataupun berpanas-panasan hormat di bawah tiang bendera.

Dan lagi-lagi Anggara masuk dalam daftar siswa/i yang terlambat. Memang semenjak dia masuk di sekolah ini, dia sudah sering telat, bahkan mendapat hukuman. Sampai-sampai guru piket sudah bosan menceramahinya. Namun cuman seperti angin lalu. Angga memang mendengarkan dengan seksama, tapi setelah itu ia akan hilang ingatan seketika.

"Yaelah, Pak. Saya cuman telat sepuluh menit loh inii." Salah satu siswa bernama Revan, yang juga sekelas dengan Angga bersabda dengan wajah tanpa bedosanya.

"Matamu itu, sepuluh menit kamu bilang cuman?!" sentak pak Yohan. Sudah terlalu pusing menghadapi murid kayak Revan ini. Oalahh, yang sabar Yohan, nanti kamu keriput. Gak ganteng lagi, terus Bu Melati makin ogah sama kamu, batinnya mengelus dada.

Brukk!

"Liat-liat dong! Punya mata kan?!" bentak seorang laki-laki yang menjadi korban.

Karena terburu-buru, Jihan yang fokus merapihkan dasinya tak sengaja menabrak punggung seorang laki-laki yang sedang merutuki Satpam, padahal dirinya yang salah.

"M-maaf ... gue gak sengaja." Jihan mendongak dan bertatapan dengan cowok itu.

Ekspresi wajah cowok tersebut otomatis berubah—tercengang, seakan tak percaya. "Jihan? Seorang Jihan telat?!" pekiknya membuat Jihan menjadi pusat perhatian.

"Harus banget teriak-teriak gitu??" protes Jihan di dalam hati.

Mendengar nama "Jihan" membuat seseorang otomatis menoleh. Hanya untuk memastikan apakah betul perempuan ini yang bertemu dengannya kemarin. Ya, ternyata memang betul. Sebuah keajaiban melihat orang ini di sini, karena Jihan terkenal sangat rajin. Bahkan dia selalu datang lebih awal dibanding murid lain.

Wanita itu terlihat kelelahan, matanya sayu, bibirnya pucat, tak terlihat seperti biasanya. Kalau sakit, kenapa harus memaksakan datang ke sekolah? Itu lah Jihan, meskipun ia merasa tak enak badan, ia akan tetap pergi ke sekolah. Karena dia merasa sebentar lagi juga pasti sembuh, jika dia bisa menahannya sebentar lagi saja. Sebentar, apakah baru saja Anggara sedang memperhatikan gadis itu?

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang