“Tolong menetap, jangan
cuma singgah, lalu memberi alasan 'saya tengah menghindari hujan'.”-Jihan Revalia R.
Uhukk!
Uhukk!!
Terdengar suara batuk dari dalam rumah. Jihan yang baru pulang sekolah mendengar Neneknya batuk terus menerus membuatnya cemas. Ia pun langsung memarkir sepedanya asal, dan menuju pintu belakang namun ternyata terkunci dari dalam. Akhirnya dia pun memutuskan untuk berlari dan lewat pintu depan. Tak terkunci, bahkan tidak tertutup rapat.
"Assalamualaikum ... Nek??! Nenek kenapa?" Ia melihat Fatimah duduk lemas di lantai dingin, batuknya masih tetap berlanjut.
"W-waalaikumsalam, Jihan." Fatimah otomatis tersenyum, suaranya terdengar serak.
"Sebentar, Jihan ambilin air." Dengan terburu-buru ia mengambil secangkir air putih yang harus dituang dulu dari galon isi ulang karena dispensernya rusak beberapa hari lalu, setelah itu ia campur dengan sedikit air panas dari termos.
Uhukk!! Uhuk!
"Ini, Nek, minum dulu."
Fatimah meraih gelas yang yang hampir penuh terisi air hangat. Ia bersusah payah untuk meminumnya, karena ia terus terbatuk.
"Pelan-pelan, Nek," pinta Jihan terdengar khawatir dengan keadaan sang Nenek.
Jihan mengoleskan minyak kayu putih di tengkuk dan juga leher depan Neneknya. Harap-harap itu bisa membantu. Fatimah berkeringat, surainya berantakan. Jihan pun mengikatkan surai Neneknya yang sudah banyak helai yang memutih itu. Ia bentangkan tikar lalu memperbaiki posisi duduk Fatimah dengan memberi bantal, setelah itu ia menyenderkannya ke dinding
"Gimana, Nek? Udah enakan?" Fatimah hanya mengangguk.
"Nenek belum makan? Jihan bikinin bubur mau, Nek? Atau Nenek mau makan yang lain? Kasih tau Jihan, biar nanti Jihan beliin."
Fatimah menggeleng lemas, "Nenek ngga lapar, Han. Nenek mau istirahat aja." Fatimah langsung merebahkan diri di atas tikar Mercy yang terlihat mulai usang.
Jihan berinisiatif untuk memijat tangan dan juga kaki neneknya. Dengan pakaian sekolah yang masih lengkap, bahkan tasnya belum sempat ia buka.
"Jihan istirahat sana, sebentar lagi jadwal kamu ngajar di rumah Aliya, kan?"
"Sebenarnya ... Jihan dapat tawaran mengajar lagi, Nek. Rumahnya nggak jauh sih, Ibunya juga baik banget, tapi ...." Jihan tak melanjutkan ucapannya.
"Tapi kenapa??" tanya Fatimah penasaran.
"Tapi anaknya--"
"Laki-laki ya? Kenapa? Dia menyakiti kamu?! Kenapa nggak bilang sama Nenek?"
"E-ehh ... eng-enggak kok, Nek." Jihan berpikir sepertinya lebih baik tak bilang saja karena melihat sang Nenek tampak khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGARA [END]
Ficção AdolescenteYouth _ Romance _ Comedy [R 13+] *BELUM REVISI* Terdapat adegan kekerasan dan perkataan kasar. Selebihnya keuwuan(◕ᴗ◕✿) Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Anggara Byakta Lesmana, yang aslinya soft boy, seniman, memiliki h...