22| Misunderstanding

329 43 157
                                    

"Alasan gue nerima bukan karena elo!" tegasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alasan gue nerima bukan karena elo!" tegasnya. "Udah ya, gue males debat, gak guna! Sekarang elo harus belajar." Jihan membuka tas—mengeluarkan beberapa buku pelajaran Matematika. Ada buku yang ia rangkum sendiri, ada juga buku paket yang ia beli dengan uang hasil menabung.

Angga masih terpaku pada layar ponselnya, tak acuh pada gadis yang sudah siap untuk mengajarinya. Itu saja sudah cukup menguji kesabaran. Telinganya seperti tak berguna.

"Angga!" Jihan meninggikan suaranya, "Anggara!! Denger nggak?!"

"Apaan sih teriak-teriak??! Lo pikir rumah gue hutan?!"

"Elo budek, HAHH?! Dari tadi gue manggil!"

"Apa?"

"Apaa? Belajar!"

"Males."

"Jangan nguji kesabaran gue deh!"

"Lemah lembut, jangan galak, biar gue tertarik belajar." Angga memutar bola matanya malas.

"Dihh, ngapain?!"

Angga mengedikkan bahu—layar ponselnya masih menyala, ia sedang menonton pebasket favoritnya di aplikasi merah dengan segitiga miring ditengahnya.

"Ckk! Siniin HP, lo!"

Jihan menyita paksa ponsel Angga dan menyimpannya di dalam tas beruangnya. "Untuk sementara HP lo gue sita.

"Sialan! Resek banget sih!!" Angga menggerutu sebab gadis itu merebut ponselnya ketika momen yang menegangkan, Jaden Ivey, pebasket muda berusia 20 tahun, mencetak poin dengan sangat cantik.

"Lo nggak bisa nurut sebentar aja?"

"Udah gue bilang, kan, gue gak mau diajarin sama elo?"

"Gue capek .... Please stop being childish." Suara Jihan seketika menjadi pelan. Ia butuh sekali pekerjaan ini, meskipun ia tau resiko apa yang harus ia tanggung ketika mengajari anak bungsunya Annisa.

Angga menatap tajam Jihan dan berusaha mengontrol emosinya. Angga tiba-tiba teringat dengan perkataan Raafi padanya beberapa waktu lalu, “Jihan cuma seorang wanita yang pundaknya harus kuat, dia lagi berusaha kuat, Ngga. Dan lo dateng-dateng dengan dendam lo yang nggak jelas itu? Jujur gue gak ngerti sama jalan pikiran lo”.

Oke, ini bukan karena gue peduli atau apa! Ini lantaran kasihan aja sama ini cewek, ntar nangis gue yang susah, sekalian balas budi kemarin dia abis nyelamatin Greyshe, monolog Angga memberi klarifikasi.

Angga menatap Jihan sekilas lalu memperbaiki posisi duduknya.

Melihat Angga sudah siap, langsung saja Jihan membuka buku paket yang sudah dari tadi dianggurin di atas meja, ia membuka bab pertama, lalu menoleh ke Angga yang seperti tak ada niat belajar di dirinya. "Lo tau kan Matematika dasar?"

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang