34| Under the Umbrella

234 25 114
                                    

⸙͎⸙͎⸙͎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⸙͎⸙͎⸙͎

"Haii, Jihan?" sapa Salsa tersenyum licik sembari memegang pundak gadis yang tengah menyantap bekalnya di gazebo bersama sahabatnya, Ara dan juga Aliya. Kehadirannya cukup mengganggu.

Kalau kalian berpikir Salsa dan gengnya sudah bertaubat, jawabannya salah! Kelakuan mereka masih sama, bahkan semakin menjadi, padahal sebentar lagi akan lulus. Adik kelas yang tidak menonjol dan terlihat kekurangan masih menjadi sasaran empuk. Beberapa kali mereka mengusik Jihan dengan alasan bosan, akan tetapi Jihan masih bisa berdiri membela dirinya.

"Dasar perusak selera makan!" sinis Aliya di dalam hati.

Jihan tidak menanggapi, ia fokus menyendok nasi goreng buatan sang Nenek dengan telur mata sapi di atasnya. Meskipun tidak dihiraukan, Salsa dan temannya tetap duduk di antara mereka.

"Ada perlu?" tanya Jihan dingin.

Kenzie terkikik, "Dih? Sewot banget. Santai dong, kita nggak bakalan minta bekel elo kok," ejeknya ditambah gelak tawa dari yang lain. "Pantes elo kurus kerempeng, makanannya nggak bergizi ginii, hahaha!!"

Salsa, Kenzie, Kyra serta Agatha tertawa terbahak tanpa dosa di hadapan Jihan. Tangan Jihan yang tadinya sibuk memegang sendok, kini tergenggam erat, ingin segera melayangkannya, tapi di saat yang sama, ia juga berpikir hal itu hanya akan menambah masalah di hidupnya.

"Kak, mulutnya tolong dijaga ya!" sentak Aliya, terdengar marah. Walaupun bukan dia yang dimaksud, amarahnya seketika meluap mendengar sahabatnya direndahkan. Berbeda dengan Ara, ia diam, menunduk. Perasaan takut selalu datang ketika bertemu circle yang terkenal buruk citranya itu. Mengapa Ara melemah kepada Salsa sedangkan kepada yang lainnya, Ara terkenal garang? Ada alasan di balik itu, karena ayahnya Ara merupakan bawahan dari papanya Salsa. Dan perusahaan makanan tempat ayahnya Ara bekerja tersebut milik keluarga Salsa. Ia sudah beberapa kali mendapat masalah karena kelakuan Salsa. Kini ia lebih menjaga sikap.

Jihan menghela napasnya, menatap intens manik yang penuh amarah di depannya. "Kalau nggak ada keperluan dan kalian cuma mau ganggu, silakan pergi!"

"Ohh, jadi lo berani sama gue?" tanya Salsa mengintimidasi.

"Ututu ..., kita udah diusir nih, guys." Tasya menyahut dengan mengerucutkan bibirnya.

"Gue lihat-lihat, elo makin deket sama Angga?" tanya Salsa menunjuk-nunjuk wajah kebingungan milik Jihan. "Gue peringatin lo, jangan macem-macem! Lo harusnya sadar diri. Lo itu miskin, sok pinter, lo gak pantes buat Anggara. Jaga sikap elo, sebelum gue bikin hidup lo makin menderita!" ancam Salsa seraya menarik dasi abu-abu yang tersimpul di leher Jihan, cukup bertenaga dan terasa mencekik pemiliknya.

Terasa membingungkan, dulu Jihan bisa saja langsung membantah perkataan Salsa tentang pria itu, tapi tidak dengan sekarang. Hubungan mereka cukup membaik.

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang