30| Mistakes

239 41 156
                                    

⸙͎⸙͎⸙͎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⸙͎⸙͎⸙͎

Keesokan harinya di sekolah, pagi-pagi sekali, Angga mencari Jihan ke kelas. Namun, sayangnya tak ada hasil. Paginya Angga berarti sudah cukup siang bagi yang lain. Sebentar lagi bel sekolah akan dibunyikan, tapi bangku gadis yang dicarinya masih juga kosong.

"Demi apa, Anggara ke kelas kita??" bisik Rayna.

"Hah?" Fero ikut menoleh. "Eh, iya anj*rr. Tinggi banget ternyata. Nyariin gue kali, ya?"

"Dih, pd abis, lo! Nyariin gue lah," timpal Rayna.

Melihat teman satu eskulnya celingukan di bawah bingkai pintu, Gibran menghampirinya. "Nyari siapa, Bro? Aha! Nyariin Jihan, yaa?" tebaknya. Angga mengangguk. "Nggak tau ya, jam segini belum dateng masa. Biasanya subuh-subuh udah duduk di sono." Mendengar jawaban Gibran, Angga hanya mengangguk, ia berpikir apakah gadis itu tak sekolah karena ngambek, perkara dia tak menepati janjinya kemarin?

"Perlu gue tanyain ke Ara?"

"Nggak usah, Gib. Gue balik ke kelas."

Setelah mengatakan itu, Angga langsung melenggang pergi menuju kelas diiringi rasa bersalah. Dia tak memberi tau Jihan, karena memang mereka belum bertukar nomor. Jadi salah siapa kalau begini?

"Ternyata bener yaa kata Emak gue, kalau benci sama orang jangan keterlaluan, nanti jatuh cinta, bahkan, sampe bulol," gumam Gibran geleng-geleng kepala menatap Anggara yang perlahan hilang.

***

"Heii," sapa Gilang, sok asik.

Aliya hanya meliriknya sekilas, setelah itu dia fokus lagi pada semangkuk mie ayam yang kuahnya tampak pedas karena ia memasukkan beberapa sendok cabai hijau.

Cuek banget anj*r, gak bisa dibiarin nih, batin Gilang langsung duduk tanpa disuruh. Tumben sekali Aliya ke kantin sendirian, biasanya selalu bertiga dengan Jihan juga Ara. Tapi meskipun sendiri, entah kenapa tak ada yang berani mendekatinya. Apa karena papanya seorang RT? Tapi, apa hubungannya?

"Mbak Susan, Gilang pesen mie ayam satu. Yang pedes yaa," serunya kepada Susanti, penjaga kantin berusia 30-an.

"Oh iyaa, ditunggu ya."

Gilang mengacungkan jempolnya, "Siap, Mbak!" Setelah memesan, dia memperbaiki posisi duduknya, menghadap Aliya yang masih sibuk menyuap makanannya yang hampir habis.

"Santai aja kalii," ucap Gilang melihat Aliya tampak terburu-buru. "Apa lo nggak nyaman gue duduk di sini? Perlu gue pindah?"

Aliya menggeleng sembari meneguk air mineral botol yang dibelinya tadi. Dia tampak berusaha menelan makanannya. "Siapa bilang? Gue nggak berhak ngusir elo. Kecuali ini kantin punya Papa gue, mungkin bisa gue pertimbangin."

Gilang mengulum senyum. "Menarik," gumamnya sembari menyangga dagu.

"Apanya?"

"Elo."

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang