29| Freak

306 48 169
                                    

⸙͎⸙͎⸙͎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⸙͎⸙͎⸙͎

"Angga ...." Jihan memanggil dengan keraguan di wajahnya.

Mendengar suara gadis itu, Angga menghentikan aktivitas mengeluarkan motornya dari parkiran. Karena sudah jam pulang, ia dan temannya yang lain berencana akan langsung menuju basecamp. Hari ini mereka akan berdiskusi tentang cara menangani geng yang terus mengincar anggota Renegaderio. Seakan tak ada habisnya jika menyangkut hal ini.

Angga menoleh, lalu bertanya singkat, "Hmm?"

"Gue ... boleh minta tolong nggak?" ucap jihan dengan suara rendahnya. Sebenarnya ia malas sekali harus meminta tolong pria ini, pasti tanggapannya tak akan sesuai dengan keinginannya. Namun, keadaan mengharuskan ia berurusan dengan Angga, si pemimpin geng motor yang hobinya berantem.

"Lo pada duluan aja, ntar gue nyusul!" perintah Angga pada temannya yang tampak sudah memainkan gas motor, menunggunya.

"Nyusul beneran, ya! Awas aja lo malah nyasar ke tempat makan," tegas Gilang dengan wajah usilnya tertutup helm. Memang paling suportif sahabatnya yang satu ini.

"Ck! Iyaa!"

"Ya udah. Guys letchugooo!"

"Apa? Nggak kedengaran." Setelah kepergian mereka, Angga fokus ke Jihan lagi. Dari tadi gadis itu hanya memandangi sepatunya. Apakah ia baru saja menginjak sesuatu? Kotoran kucing, misalnya?

"G-gue mau minta tolong!!" Jihan menjawab pertanyaan dengan volume yang lebih tinggi.

"Ohh, apaan?"

"Bantuin gue ngelukis ...."

Angga mengangkat alis kirinya, "Hm? Kenapa tiba-tiba?" tanya Angga memandang intens bola mata berwarna coklat milik Jihan. Yang dipandang berusaha keras menahan dirinya agar tak memutus kontak mata lebih dulu.

"Dua minggu lagi SMA sebelah ngadain event melukis. Gue ... mau ikut."

"Terus?"

"Gue kan nggak terlalu jago, kayak elo, jadi gue nggak pd."

"Ckk! Nggak," tolak Angga. Mengingat sekolah yang dimaksud Jihan adalah sekolah tempat musuh bebuyutannya, ketua geng Rexcy bersekolah.

"Hahh, kenapa? Alasannya?!"

"Ya, gak aja. Budek lo?"

"Huhh! Please? Lo kan jago ngelukis. Bantuin gue. Berbagi ilmu itu hukumnya wajib tau." Jihan tak menyerah, ia terus mengeluarkan jurus rayuannya, agar manusia batu ini membantunya.

"Gue bilang enggak."

Jihan menghela napas, ia merasa gagal membujuk cowok itu. "Padahal lumayan hadiahnya ...," desah Jihan memanyunkan bibirnya, ia tampak kecewa.

Angga yang melihat itu, merasa lucu sekaligus tak tega. Mungkin gadis itu memang butuh pemasukan tambahan, pikirnya. Sampai-sampai ia mau meminta bantuan kepadanya. Dia kan gengsinya tinggi bukan main, bahkan mengalahkan tinggi badannya sendiri.

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang