17| Decision

270 31 135
                                    

Hey, jangan bosen yaa^^

Hey, jangan bosen yaa^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok... Tok... Tok...!

Suara ketukan terdengar memecah keheningan di ruang kamar Anggara.

"Angga, Bunda boleh masuk?" tanya Annisa di balik pintu.

"Masuk aja, Bun. Nggak Angga kunci," sahutnya.

Cklek!

Setelah mendapat izin dari sang pemilik kamar, Nisa pun membuka pintu dan mendapati putranya tengah rebahan sambil memainkan ponselnya dan tentu saja ditemani kucing kesayangan.

"Kenapa, Bun? Ada yang mau diomongin?" tanya Angga penasaran. Kini ia duduk tepat di samping bundanya.

Tak langsung menjawab, Nisa termenung beberapa detik, menatap putranya.

"Bundaa?" panggil Angga, karena tak kunjung mendapat jawaban.

"__Ayah nyuruh Bunda buat nyariin guru les privat lagi buat kamu .... Menurut Angga gimana?"

Angga membuang napas kasar, "Harus banget ya, Bun?"

"Ini juga buat kebaikan kamu, Nak. Bisa aja nanti nilai kamu jauh lebih baik dari sebelum kamu les, kan?" ucap Nisa sembari meraih dan mengelus tangan putranya. Ia membujuk Angga supaya menuruti perintah ayahnya.

"Tapi, Bun ...."

"Angga, Ayah ngasih kamu dua pilihan," jawab Nisa tak kuasa menatap mata anak bungsunya. Kalimat tersebut berhasil membuat Angga terkejut sekaligus bingung. Lagi-lagi ayahnya memberi tekanan dengan memberinya pilihan.

"Maksud Bunda?!" Alis Angga berkerut—menatap serius bundanya dan langsung meletakkan ponselnya.

"Ayah ngasih dua pilihan, dapat nilai lebih bagus atau kamu belajar ke luar negeri."

Sebenarnya dia mau saja sekolah ke luar negeri, lebih enak kan jauh dari Ayahnya? Namun jika harus berjauhan dengan sang Ibunda, ia masih berpikir panjang untuk pergi. Dan satu lagi, Angga tak terlalu suka bertemu dengan orang baru.

Angga tertawa renyah. Acaman Ayahnya selalu sama, basi. "Kenapa nggak Ayah langsung yang bilang ke Angga? Kenapa harus perantara Bunda?" Suara Angga mengecil, tenggorokannya tercekat, tak ada sedikitpun semangat di dalam kalimatnya.

"Ayah lagi sibuk, Ngga."

"Oh, sibuk ya ...," cicitnya.

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang