49| My Miracle

448 10 82
                                    

Welcome to the final chapter, oll:')
Agak sedih, tapi tetap happy kiyowo, yaa😽 -Greyshe

Welcome to the final chapter, oll:')Agak sedih, tapi tetap happy kiyowo, yaa😽 -Greyshe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⸙͎⸙͎⸙͎

Enam tahun setengah berlalu sejak Anggara mengambil keputusan terberat atas hidupnya. Meninggalkan sang kekasih tanpa memberinya kabar bukanlah sesuatu yang mudah. Tak pernah bisa terbiasa, bahkan terasa semakin perih di setiap detiknya.

Jihan di tahun ini masihlah sama. Berjalan dengan bahu yang tegap meski terkadang pikiran kalut menguasai dirinya. Hal itu tidak juga membuat perempuan perkasa itu menyerah. Alasannya hidup saat ini, hanyalah sebatas agar neneknya juga hidup.

Namun bedanya, Jihan kini telah resmi dipanggil bu guru di SD Negeri Jakarta Selatan. Yang sebelumnya honorer, akan tetapi ia diangkat menjadi PNS dua bulan lalu. Meski pendidikannya tidak setinggi yang lainnya, ia tetap disegani guru lainnya. Bahkan, minggu lalu Jihan mendapat penghargaan sebagai guru muda terfavorit.

Tidak mudah tiba di posisi sekarang ini. Sebelumnya ia juga banyak mendapat cemoohan sebab pendidikan yang hanya menengah atas. Ia telah melampaui begitu banyak pekerjaan lepas sebelumnya. Mulai dari menjadi guru les privat, baby sitter, menjaga warung makan, dan pekerjaan yang tidak tentu jumlah pendapatan lainnya.

Jam istirahat tiba. Sebagai guru, sekaligus wali kelas, Jihan bertugas memeriksa sendiri lembar jawaban ulangan esai anak muridnya. Matanya terpaku pada setiap kata di setiap lembarnya. Perlahan menggoreskan tinta biru sebagai tanda koreksi jawabannya.

Berbagai ekspresi ia tunjukkan. Tadinya ia muram sebab jawaban muridnya yang tidak sesuai. Rasa bersalah kerap kali Jihan rasakan. Berbeda dengan kali ini, wanita dewasa dengan setelan berwarna khaki tersebut menganggukkan kepalanya beberapa kali—tersungging senyuman bangga di bibir mungilnya. Perasaan puas tersebut tidak berlangsung lama.

"Bu Jihan?"

Fokus Jihan teralihkan saat terdengar panggilan dari sosok wanita yang juga berpakaian sama dengannya.

"Iya, Bu?" Jihan menoleh sopan, seraya berdiri dari kursinya. Pena yang sebelumnya ia gunakan, kini tergeletak di atas lembaran kertas.

Wanita berhijab itu mendekat lalu meletakkan di atas meja pribadi Jihan, sebuah undangan yang tampak dari luarnya saja sudah mewah. "Di undangan ini, ada nama kamu," ucapnya.

"Oh, iya. Terima kasih, Bu." Jihan meraba kertas undangan yang saat ini berada di tangannya. "Hmm, undangan apa, ya?" Ia bergumam sambil membolak-balikkan kertas bernuansa hitam putih itu.

"Special invitations for my lady, Jihan Revalia Reeka." Alisnya sontak bertaut saat netra tidak sengaja menangkap sebait kalimat di sana. Jihan bertanya-tanya lelaki mana lagi yang kali ini berusaha menggodanya. Sebab hal ini kerap terjadi ketika ia menjabat sebagai guru di sekolah tersebut.

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang