Youth _ Romance _ Comedy
[R 13+]
*BELUM REVISI*
Terdapat adegan kekerasan dan perkataan kasar. Selebihnya keuwuan(◕ᴗ◕✿)
Cerita ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Anggara Byakta Lesmana, yang aslinya soft boy, seniman, memiliki h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
Setelah menerima laporan dari Gilang, Angga pun dengan segera melajukan motornya di atas rata-rata menuju posisi di mana Raafi berada. Jam-jam segini jalanan memang cukup macet. Hingga ia harus menempuh perjalanan yang cukup panjang.
Selama kurang lebih 20 menit berkendara dengan kecepatan tinggi, akhirnya ia sampai ke lokasi. Sepi, tempat itu cukup jauh dari pemukiman warga. Sesampainya di sana ia langsung memarkir kendaraannya asal-membuka helm lalu turun dari motor dengan tergesa-gesa.
Angga mendapati Raafi dalam keadaan amat sangat kacau. Dia terbujur lemas di pinggir jalan. Kelopak matanya dipaksa untuk terbuka, mulutnya sulit mengeluarkan kata-kata, cairan merah terlihat jelas di beberapa anggota tubuhnya.
"SHIT! KENAPA BISA KECOLONGAN?" bentak Angga pada anggotanya yang mulai berdatangan karena mendapat red code. Amarahnya seketika membuncah melihat sahabatnya tak berdaya. Padahal tak salah apa-apa, ia menjadi sasaran.
"Kayaknya mereka udah ngikutin Raafi dari tadi, Ngga." Reno memberanikan diri untuk menjawab. Karena anggota yang lain sedang panik.
Angga membuang napas kasar, "Mereka emang niat cari masalah."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, ia langsung berbalik arah dan berjalan dengan amarah yang masih tertahan. Ia berniat untuk membalaskan dendam pada geng yang menyebabkan Raafi babak belur. Namun Gilang mencegahnya.
"Lo mau ke mana?" Gilang melihat Angga keluar dari kerumunan langsung menghampirinya. Angga diam di tempat tak bersuara. Rahangnya mengeras, kepalannya semakin kuat. "Lo mau ke markas Rexcy?!"
Angga melirik Gilang sekilas, "Mereka yang cari masalah harus tau berhadapan sama siapa. Berani-beraninya mereka nyentuh RG."
"Lo serius mau ke sana sendirian? Gila kali, cari matii lo?! Kita nggak tau ada berapa anggota mereka di sana. Nggak! Pokoknya gue gak setuju, lo pergi sendirian. Gunanya kita di sini apa, Ngga?"
"Gue juga nggak setuju. RG bukan cuma elo, Ngga. Gue nggak mau nanti ada yang tumbang lagi." Farzan ikut menimpali. Anggota lainnya pun mengangguk setuju.
"Udah-udahh! Mending ni bocah dibawa ke rumah sakit dulu. Ntar yang ada lukanya makin parah." Kafin memberi saran.
Angga menatap Raafi lalu menghela napas, "Gilang, Kafin, kalian bawa Raafi ke rumah sakit. Yang lain ikut gue," titah sang ketua dibalasi anggukan kepala dari keduanya.
"Adiknya dikabarin nggak?" tanya Gilang. Membuat Angga berpikir sejenak.
"Jangan dulu," jawabnya dengan mempertimbangkan satu dan banyak hal. Takut Cantika syok nantinya. "Nanti aja, kalau Raafi udah mendingan."