40| HATCHUU~~

206 11 78
                                    

"Untuk yang kedua kalinya, hati ini jatuh kepada orang yang sama."

-Anggara Byakta L.

H a p p y—reading, oll<3

⸙͎⸙͎⸙͎

Recommended song ⛱️
It's You — Sezairi

Malam pun tiba, rembulan bersinar terang di atas sana. Angga dan Jihan menyudahi aktivitas mereka di galeri seni. Mereka banyak bercerita di sana, saling mengerti dan memahami. Angga menceritakan tentang sosok ayahnya pada Jihan. Jihan juga begitu, ia bercerita tentang trauma kehilangan yang masih membekas di hatinya. Bisa dikatakan pendekatan mereka cukup intens. Suasana hati yang berbunga-bunga menyertai keduanya. Sama-sama tidak memikirkan hal lain, hanya antara Anggara dan wanitanya, begitupun sebaliknya.

Pemuda itu tidak ingin pertemuan hari ini usai begitu saja. Ia masih ingin menghabiskan malam dengan wanita cantik yang duduk anteng di kursi sebelah kirinya. Tanpa memberi tahu Jihan sebelumnya, ia mengarahkan mobil ke sebuah pantai yang terkenal dengan suasana indahnya di saat malam hari.

Tidak perlu khawatir, karena sebelumnya, Angga dengan percaya dirinya telah meminta izin kepada sang nenek melalui ponsel. Fatimah memberi izinnya, dengan pesan agar Angga menjaga cucunya dengan baik, dan segera pulang sebelum pukul sembilan.

Sesampainya di pantai, sudah seperti kewajiban, Angga melingkupi Jihan dengan blazernya. Ia sudah hapal betul, gadis itu gampang kedinginan. Bedanya, kali ini Jihan tidak menolaknya lagi, bahkan Jihan menyambutnya dengan senyuman manis.

Dengan secangkir kopi di tangan, Angga menatap lamat gadis mungil yang duduk di depan api kecil—sedang memandangi rembulan. "Jihan," panggil Angga lembut. Jihan menjawab dengan kedua alisnya yang naik sambil berdeham. "Gue, sering bikin lo bingung, ya?"

Jihan menaruh kopinya di meja kecil—fokus pada Anggara. "Hmm, maksud, lo?"

"Akhir-akhir ini gue sering ketemu Kiara."

Jihan sedikit terbatuk mendengarnya. "Iya ..., terus?"

"Lo, gak marah?"

Jihan menjawab dengan berkebalikan dari isi hatinya. "Enggak. Kenapa gue harus marah?"

Angga menyipitkan matanya sambil tersenyum simpul. "Padahal Bunda yakin banget, lo bakalan marah." Angga mendekati Jihan, lalu meraih tangan gadis yang terasa dingin itu. "Gue gak bermaksud membuat lo bingung, Han. Masalah gue dengan Kiara udah selesai. Nggak ada hubungan apa-apa lagi," jelas Angga meyakinkan Jihan.

Gadis itu hanya membalas dengan anggukan kecil. "Lo cuma mau ngomongin itu?" tanya Jihan. Seolah ia sedang menantikan hal lain.

Angga mengelus punggung tangan Jihan, lalu mereka beradu pandang. "Karena gue ..., sukanya sama elo, Jihan Revalia Reeka."

Deg!

Jihan mendengarkan dengan wajahnya yang serius, sampai kalimat ungkapan rasa itu Angga lontarkan. Hampir saja ia tersedak dengan salivanya sendiri. Wajahnya bersemu. Jihan masih belum mengatakan apa-apa. Dia membeku di sana. Bahkan api tidak lagi menghangatkannya.

"Awalnya, gue udah suka sama elo sejak hari pertama gue pindah ke sekolah." Angga berusaha mengingat-ingat momen spesial itu. "Gue ngelihat ada cewek yang lagi ngasih makan kucing di deket mangga ..., Pak Agus, ya, namanya?

Jihan otomatis mengangguk, "Maksud lo, lo udah tau gue sebelum ...." Ia bertanya memastikan.

Angga tersenyum tulus seraya mengangguk, "Dan, saat itu gue udah suka sama, lo. Gue bener-bener minta maaf, udah perlakuin elo dengan nggak baik. Gue harusnya tetep jadi diri gue sendiri. Cuma karena emosi sesaat, gue banyak nyakitin orang lain," ucap Angga dengan rasa sesal yang semakin mendalam.

ANGGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang