~Numb 22

13 1 0
                                    

HAPPY READINGG ♥️

.

D

eg!

apa? kenapa bisa?

Arka?!

Di lorong panjang yang berisikan kamar bernomor 200 sampai 250 tempat para lelaki, sepi. Tidak ada orang. Semua pada beristirahat di tempat makan. Hanya ada Ava dan Arka yang mengisi lorong. Di balik punggung Ava tepat Arka berada, berjarak satu sentimeter saja.

Ava mematung.

Hembusan napas Arka terasa hingga ke tengkuk. Bulu-bulu halus ikut terangkat. Merinding.

"ada apa hah?!"

"WOI!" Arka berteriak jengkel, karna Ava tak berangsur pergi melainkan tetap mematung. Secara kasar Arka membalikkan badan Ava dengan cara menarik rambut Ava yang masih basah. "akh!!"

.

Seorang lelaki tengah berlari menuju lift, dengan pakaian sedikit berantakan, rambut tidak tertata rapi namun tertutup topi putih, ditambah lagi memakai sendal--sendal yang ada seperti dihotel. Dia menekan tombol lift, dan pintu terbuka lebar, tidak ada orang di dalam lift, jadi lelaki ini langsung menekan tombol untuk ke lantai atas. Kedua tangannya mengepal kencang, sesekali menggertakkan gigi.

Lift masih berjalan, dia hanya menatap layar kecil yang akan menunjukkan lantai tiga. Sebenarnya lift ini berjalan dengan pesat, namun karna dirinya yang tidak sabaran. Lift akan terlihat sangat lambat. Layar kecil itu pun menampilkan angka tiga, pintu lift terbuka, lelaki itu langsung berlari.

"ARKA!" Dia teriak hingga bergema di lorong hotel. Arka berhenti berinteraksi, alisnya ikut bertaut. Perlahan Arka menoleh dengan tangan yang masih memegang rambut Ava.

Pada saat Arka menoleh, lelaki itu tanpa aba-aba, memukul wajah Arka tepat sasaran.

Bugh!

Badan Arka terhuyung kebelakang. Menyisakan darah yang mengalir bebas di bagian hidung. Arka meringis kesakitan, sedangkan Ava sontak terkejut melihat lelaki yang kini berdiri di depannya. Arka belum siap berdiri, tetapi lelaki itu langsung menarik kerah Arka dan di hantam ke dinding. Mereka saling bertatap. "yang harusnya lo lawan itu gue!"

Bugh!

Bagian kelopak mata Arka mulai memar, sehabis dipukul kencang. "lo heran kan? kenapa malah ada yang rela gantiin gue? rencana lo tidak akan pernah berjalan mulus!" Leher lelaki itu menampakan urat. Arka membalas tatapan lelaki itu penuh benci. "Gan,     lo itu brengsek! lo lebih busuk dari sampah!" Arka berucap keras. Sekarang Figan sudah di selimuti amarah, Ava juga tidak tahu dia marah dengan alasan apa. Dan bagaimana bisa dia kesini sangat cepat? Sedangkan rumah sakit sedikit perjalan jauh untuk ke tempat olimpiade dilaksanakan.

"Kalau emang gue brengsek, kenapa lo campurin urusan ini sama dia?!" Figan menunjuk kearah Ava yang tengah berdiri tidak jauh dari mereka.

"Gan, jangan banyak bacot, lo belum pulih seutuhnya." Arka menyeringai. Tangan Arka mulai meraih lengan Figan yang terbalut kain kasa. Lantas Arka mencengkram lengan kiri Figan hingga ia meringis kesakitan. Jelas saja Arka menekan lengan itu hingga darah kembali keluar. Membuat kain kasa yang putih bercak darah. Bahkan juga menodai tangan kekar Arka.

Ava dari jauh tidak bisa apa-apa. Sedangkan Figan terpaku pada kelicikan Arka ia kembali memukul wajah Arka namun, Arka menghentikan pukulan maut dari Figan.

FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang