~Numb 23

6 2 0
                                    

Kembali lagi sama cerita Finavaa!!
Wah ga nyangka udah sampe chap 23 aja, ah iya, semoga yang setia baca sampe sini sukaa yaa ama cerita yang aku buat 🤗

Sebelum baca klik Vote dulu dongg, yuk yuk di klik baru kalian bisa baca, aku tunggu nih..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Makasih yang udah langsung klik votee, silakan membacaa 😆💙

Suara tapakan kaki terdengar di lorong hotel, berlari kencang tergesa-gesa menuju kotak P3K yang berada di dinding lorong kamar Ava. Ia bergegas mengambil beberapa obat seperti obat merah, alkohol, kapas, plester, air botol dan kain kasa. Ava kembali menutup kotak P3K, setelah itu berbalik berlari ke tempat sebelumnya.

Sesampai disana Ava terengah-engah, dadanya terasa sangat sesak setelah berlari. Ava berusaha menghirup oksigen sekuat tenaga, membuat dirinya tenang terlebih dahulu. Saat Ava sudah merasa tenang barulah ia berjalan ke arah lelaki yang kini terduduk dikursi taman pandangannya ke atas melihat langit mulai berwarna ke oranyean, ditambah awan-awan tipis yang ikut menghiasi langit.

Figan reflek menoleh, mendengar langkah kaki kecil. Manik Ava bertemu dengan manik coklat indah itu, sekian detik Ava memandang, lalu sesegera mungkin Ava mengalihkan pandangan ke yang lain.

Ava segera duduk di samping Figan, "boleh aku obatin?" Ava meminta izin sebelum bertindak. Walaupun dirinya sudah tidak tahan melihat darah yang terus mengalir sampai menetes ke kursi taman. Figan tidak menjawab melainkan balik bertanya.

"Va lo nggak ganti baju?" Ava terdiam, "kira gue lo tadi ganti baju, kalo gini terus lo bakal sakit Va," lanjut Figan khawatir, menoleh pada Ava yang kini sedang menunduk, sembari memainkan jemari lentiknya.

"Figan biar aku obatin dulu ya? habis ini aku janji akan ganti baju." desak Ava, berisi keras ingin mengobati luka tersebut. Figan pun mengikuti apa yang Ava pinta. Tangan Figan  melepas kancing baju, hanya dibagian lengan kiri saja yang ia lepas. Karena Figan memakai baju lengan panjang, jadinya susah buat mengobati lengan ini kalau tidak membuka baju.

Ava memulai membersihkan darah yang berbekas di lengan Figan dengan kapas basah, hingga bersih barulah Ava melepas kain kasa yang tergulung di lengan itu. Perlahan tapi pasti Ava membuka dan terlihat jelas, jahitan itu masih membekas di sana. Bagian luar jahitan ada sedikit memar kemerah mudaan. Tangannya mengambil kapas basah, menyeka bagian luar jahitan. Sesekali badan Figan reflek, kesakitan.

Sambil Ava mengobati, Ava suka bertanya apakah sakit atau tidak, jika sakit Ava akan memelankan gerakan tangannya. Namun Figan menggeleng sebagaj jawaban, bahwa ia baik-baik saja. Tidak sakit.

Beberapa menit kemudian Ava melakukan pengobatan terakhir yaitu membalut lengan itu dengan kain kasa yang sudah diteteskan obat merah. Selesai, terpasang sempurna.

"akhirnya selesai.." Ava menghela napas lega, tangannya segera menyeka bulir keringat di kening.

Figan menoleh pada Ava melihat gerak gerik dia, yang sedang merapikan obat-obatan. Terlihat di wajahnya, di badannya, bahwa ia lelah, sedih, dan lainnya yang susah untuk di deskripsikan. Ava benar-benar terlihat memaksakan diri. Tidak peduli dengan dirinya yang berantakan. Tetapi apa yang membuat dirinya menjadi seperti ini? Sebenarnya apa cerita dibalik berita yang disebarkan bahwa ia pengedar narkoba? bahkan ia memberikan narkoba pada ibunda nya sendiri?

Dari dulu menurut Figan berita itu sangatlah tidak penting, namun entah kenapa sekarang malah ingin memecahkan dan mengetahui lebih dalam tentang berita yang disebarkan sejak tiga tahun lamanya itu.

FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang