~Numb. 5

115 74 17
                                    

Vote and komen yang mau buat next nyaa 💚 *hargai story yang aku buat ini gaes :')

.

Memang kalau dilihat-lihat kaki Ava sedikit bergetar, dan ada bulir keringat di keningnya. Figan kembali menatap gadis yang sedang menundukkan kepala. "Ini cuma air," kata Figan berusaha membujuk.

Ava tetap kekeuh menolak. Figan sedari tadi berpikir sebenarnya apa yang terjadi? apa karna dia trauma gara-gara Lita? atau dirumah gue ada setan, jadi dia nggak mau masuk? atau ada mahluk-mahluk yang menyuruh dia untuk tidak masuk? omong kosong buat apa gue peduli sama apa yang ada di pikiran dia sekarang. But, damn! this girl even made me curios. Figan mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

"maaf," sambar Ava tiba-tiba.

"why apologize?!"

"i-i don't know."

Kata tersebut berhasil membuat Figan melongo kebingungan. Cewek ini sungguh membingungkan. Figan memaksa Ava berjalan ke suatu tempat. Yaitu taman yang baru saja Ava lihat dari jauh. Terdapat tempat duduk berwarna putih di tengah-tengah tanaman hiasnya. Bahkan tanaman sampai ikut menghiasi kursi dan ada sekuncup bunga berwarna ungu dan putih. Ava saja asing melihat bunga yang memiliki dua warna di satu pohon. Sangat cantik.

Ava di ajak duduk sama Figan setelah duduk, Figan menyusul untuk duduk di samping Ava. Tidak dekat. Sedikit berjarak darinya. Mereka berdua terdiam tidak ada yang membuka suara. Karna Figan menunggu Ava untuk bercerita. Masih sama. Tak ada yang membuka suara sampai sekitar 5 menit. Ini sangat lah canggung.

Figan menghela napas kasar, membuat kepala Ava bertoleh padanya, seakan-akan dia memberikan ekspresi bertanya dalam diam. "mau sampe kapan diem mulu?" Figan sekarang memecahkan keheningan di antara mereka.

"sampe ke abad purba lagi?" lanjutnya.

Ava tersenyum singkat, "Figan,"

Figan langsung menengok, "aku bisa hidup bahagia gak ya?" tanyanya sedikit lesu.

Figan bersender lalu maniknya menatap langit yang bersih berwarna biru tanpa ada sedikit awan. "Yes you can," mata Ava berbinar senang setelah mendengar jawaban dari Figan. 

"tapi... kalau takdir aku gak bahagia?"

"destiny can be changed," balasnya.

Ava kembali tersenyum, "really?"

"iya."

Setelah berbincang sedikit tidak ada lagi yang kembali berbicara. 5 menit kemudian tetap pada diam. Dan bisa-bisanya Figan sendiri juga diam tak tahu harus ngomong apa lagi sama nih cewek yang bisa dibilang pendiem, tapi kayaknya mustahil. Sedangkan kalau cewek-cewek lain sudah banyak celotehan, banyak curhat, gosip. Tetapi ini berbeda dari yang lain. 

Figan berdiri, tanpa peduli gadis itu melihat dia atau enggak. Figan berjalan menuju tempat motor terparkir dimana lagi kalau bukan di garasi. Tanpa Figan sadari Ava sedari tadi mengikuti langkah Figan dari belakang. Manik Figan melihat pupil mata Ava membesar yang berarti dia kagum melihat semua isi garasi. Ya jangan di tanya lagi kalau Ava jadi kagum, karna di garasi terdapat beberapa mobil yang unik-unik dari lamborgini, BMW, Jeep yang biasa disebut dengan mobil penculik anak-anak, dan terakhir mobil Alphard. Selain mobil ada juga motor-motor yang berbentuk unik lainnya. 

FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang