~Numb 51

1 1 0
                                    

Pada pagi hari, pukul delapan pagi, matahari sudah menampakkan sinar hangat kedalam ruangan putih nan bersih ini. Gadis yang sedari tadi tidur, sekarang terbangun akibat cahaya tersebut. "Fi.. Gan..?" panggil seorang gadis itu, sembari mengucek mata, barulah mata itu mencari keberadaan Figan. Namun, Ava tidak dapat melihat keberadaan Figan. Ava mengernyit bingung. Ia pun memutuskan untuk turun dari kasur.

Tetapi hal tersebut tidak terjadi, karna sosok yang Ava cari baru saja keluar dari kamar mandi ruangan ini, tangan dia sambil mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk kecil. "eh, udah bangun."

Ava mengangguk kecil.

Figan berjalan mendekat ke arah Ava. "kenapa kok sampai mau turun dari kasur?" tanya Figan menatap Ava intens.

"tadi nya aku mau cari kamu, taunya kamu abis mandi." Figan terkekeh, lantas mengacak-acak rambut Ava.

"Gan,"

"hm?"

"aku kan belum mandi selama beberapa hari, emang aku gak bau apa?"

"kalau itu sih jelas," balas Figan diakhiri tawa kecil. Ava pun memanyunkan bibirnya. Padahal Ava mengira kalau Figan tidak akan menjawab seperti barusan, tapi ternyata diluar ekspektasi.

"terus gimana dong? masa aku gak mandi," keluh Ava kepada Figan.

"biar gue tanyain dulu, tunggu disini." Figan langsung beranjak pergi keluar ruangan.

.

Tiba disebuah warung kopi dekat taman kota, kini ada dua orang tengah berbincang sembari memakan cemilan yang tersedia. Terkadang perbincangan itu diselingi dengan tawa renyah dari mereka. "Adan ish! jangan aja aja ada deh, masa bakwan sebagai dessert buat kopi." komen Vira mengerutkan alis.

"ada ada aja, bukan aja aja ada." Adan membenarkan kalimat tersebut, membuat Vira terkekeh geli.

Niatnya mereka ingin menjenguk Ava, akan tetapi Adan dan Vira belum sempat mengisi perut, tibalah mereka di sebuah warung kecil ini. Pacaran mereka berdua memang dari dulu sederhana, jalan-jalan ke mall saja jarang buat apa jika kesana hanya untuk membeli minuman dan berjalan hingga keliling dua lantai melihat-lihat baju dan pada akhirnya tidak beli? kalau kata Vira sama saja seperti keliling lapangan tanpa adanya diskon-diskon baju. Terlalu melelahkan. Toh duduk santai di warkop saja sudah menyenangkan.

Karna Vira selalu memegang kalimat 'bahagia itu tidak harus segalanya dengan uang, atau barang, dengan cara yang sederhana saja sudah buat kita bahagia' . Vira juga tidak pernah memaksa Adan untuk berbelanja, malah Adan yang suka ngajak, jatuhnya sih lebih ke mendadak ngajaknya. Dan ajakan itu kadang Vira tolak halus.

"Dan," Panggil Vira,

Adan menoleh, memberikan pertanyaan tanda di wajahnya.

"kamu sayang gak ama aku?" pertanyaan yang Vira utarakan, malah mendapatkan siulan dari si Abang punya warung. Vira sih tidak ada rasa malu, tapi Adan kuping nya seakan memerah dalam sekejap.

Adan memberikan selembar uang untuk membayar jajanan dan kopi yang telah ia beli, "bang, lo kalo gak sayang ama dia biar gue aja bang," balas penjual itu sambil menyengir.

"yeu... enak aje lo kang. Inget ama istri kang, dosa." balas Adan, si penjual tertawa lebar dan memberikan jempol. Adan menyipitkan mata seakan mengintimidasi si penjual tersebut. Penjual mengerti, dan memberikan uang kembalian.

Setelah selesai bayar, Adan beranjak pergi diikuti Vira dari belakang. "Adan kamu belum jawab pertanya—" Adan tiba-tiba saja menarik Vira dalam dekapannya. Vira terkejut bukan main, bahkan tidak dapat melanjutkan omongannya. Hal yang bikin Vira malu adalah Adan mengecup pucuk kepalanya. Sungguh diluar dugaan.

FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang