~Numb 32

16 3 2
                                    

HALOWW IH UDH LAMA BANGET GA UPDET YA GA SII?? WKWKWK MAAF YAAHH, aku lagi healing² dulu :v tapii buat yang udah sabar nunggu, makasihh banyakk lohh terus staytoon ya di cerita ini hehehe...

SELAMAT BACAA😆

.

Setelah Adan meminta maaf, barulah ia melepas dekapan itu. Adan melangkah mundur selangkah, memberi ruang untuk Vira. Sementara Vira masih mematung, tidak berkata apapun. "Vir--" belum selesai Adan memanggil, tiba-tiba saja Vira pergi tanpa alasan yang jelas. Berlari kecil keluar tempat ini.

Adan hanya bisa menghela napas, menunduk.

Apa masalah ini akan selesai?

.

Vira kini tidak lagi berlari, saat dia sudah jauh dari mata Adan. Hati Vira serasa tercabik-cabik, tapi apakah yabg dibilang Adan benar? bisa saja dia berbohong. Selama Vira berpacaran dengan Adan setahun yang lalu, Adan tidak pernah berkata kalau dia punya kembaran apalagi saudara. Walaupun sudah berpacaran Adan tetap menutup tentang kehidupannya, dan dia hanya senang mendengar kan cerita dari Vira.

Bagaimana caranya Vira bisa percaya omongan Adan? sedangkan yang Vira tahu Adan adalah anak tunggal.

Pandangan di mata Vira kini sudah mulai tidak fokus sebab air mata yang membendung disana, Vira benar-benar tidak tahu harus berkata apa pada Adan. Sakit mendengar semua itu kalau hanya kesalah pahaman. Dan bodohnya Vira percaya bahwa yang dia lihat itu Adan.

Semenjak Vira putus hubungan dengan Adan, beberapa hari Vira tidak nafsu makan, selalu menangis di kamar, bahkan sempat tidak pergi ke sekolah selama satu minggu lamanya, sekadar untuk melupakan memori Adan dengannya.

Karna setiap sekolah, liburan, Adan selalu mengajak Vira untuk pergi bersama naik motor ninja yang Adan cintai sampai detik ini. Yang Vira tahu, Adan bukanlah orang yang suka basa-basi dia lebih ke to the point. Seperti halnya ketika Vira sedang datang bulan, Adan tidak membelikan apa-apa, yang dia lakukan yaitu ke rumah Vira, memanjakan Vira. Dan itu sudah sangat cukup membuat hati Vira terasa hangat.

Kini Vira meneteskan beberapa air mata, air mata itu penyebab pipi Vira menjadi basah.

Hari ini Vira memang tidak pergi ke sekolah tidak seperi Eden, Vira bolos sekolah karna di hari ini ada pelajaran Fisika. Pelajaran yang sangat malas Vira pelajari. Jadi Vira memutuskan untuk bolos dibanding ke sekolah tapi tidak nyangkut ke otak.

Vira kembali melangkah kecil entah bertujuan kemana yang penting dia bisa menjauh dari Adan, bahkan Vira membiarkan air mata berlinang disana.

.

Mentari senja menyorotkan sinarnya ke sekolah SMA Harvard. Terlihat indah di langit, ada awan-awan tipis yang menambah keindahan itu. Sudah saatnya anak murid SMA Harvard pulang, bel berbunyi di setiap sudut kelas, membuat murid-murid mulai bersiap untuk pulang.


Kali ini Eden di kelas hanya bersama Figan, Figan sudah masuk setelah sehari dia tidak masuk entah alasan apa yang membuat dirinya tak masuk. Di kelas Eden merasa kesepian, bosan, hanya bisa berekspresi tidak senang. Padahal banyak gadis-gadis teman sekelasnya mengajak ngobrol namun, Eden tidak bersemangat.

Saat jam pulang Eden terdiam di kelas, dan bisa-bisanya Figan juga masih duduk di tempatnya. Kelas ini sudah sepi, hanya menyisakan dua orang lelaki yang tengah berpikir keras.

Lalu Figan segera bangkit dari kursi, menenteng tasnya, melangkah ke arah pintu kelas. "Den, gue liat lo dari tadi kayak gak mood pasti ada hubungannya sama kembaran lo itu."

Eden menoleh pada Figan yang masih berada di dekat pintu kelas. "ya begitulah, dan lo juga kenapa jadi murung gitu ha? emang lo kira gue  gak tau."

Figan bersmirk, "idih idih sekarang lo udah rahasia-rahasiaan ya jangan bilang lo udah punya cewek! dan karna lo gak peka cewek itu akhirnya marah sama lo, ya kan? Ahahaha ngaku ego." Eden menceletuk.

"Kaga bego,"

"gue heran sama lo Gan, lo tuh udah terkenal ya di mata cewek-cewek. Tapi gue gak pernah denger lo pacaran sama salah satu cewek disini. Apakah cewek disini pada jelek?"

Tangan Figan melipat di depan dada, menggeleng sambil menghela napas kasar, " gak gitu. Cewek disini pada nembak gue terang-terangan dan jika gue terima, mereka hanya ingin keuntungan agar bisa menjadi yang terkenal sebab di gosipin. Hanya itu, bahkan hal tersebut bukan cinta yang mereka beri dengan tulus ke gue. Cuma ingin terkenal. Sudah. Tidak ada lagi yang mereka harapkan."

"terus kalo lo mikir begitu mulu, apa lo yakin bakal ketemu cewek yang tulus?" tanya Eden sembari bangkit dari bangku.

"entahlah," balas Figan seadanya.

Eden melangkah ke arah Figan, menepuk pundak Figan daru belakang. "sia-sia lo hidup, ckckck"

"terkenal iya, tapi gak ada pawang. Kasian gu--"

bugh!

Figan menonjok perut Eden sampai Eden tersungkur di lantai, "gak usah drama, banyak omong sih lo. Dah gue balik." pamit Figan melangkah keluar pintu kelas meninggalkan Eden yang masih menahan sakit di lantai.

"anjir pukulannya gak main-main sial. Figan bangsat emang! argh!" Eden berteriak dengan posisi yang sama, hingga suara itu bergema di dalam kelas.

.

Setelah Eden ingin bergegas pulang, Eden melihat gadis dengan seragam SMA sedang bermain dengan seekor kucing di trotoar depan sekolah, berjongkok. Sesekali ia tertawa karena tingkah si kucing yang berusaha menangkap lidi yang ia isengi sama si kucing itu.

Eden melangkah kecil ke gadis itu, mendekati perlahan, "anu.. eh?"

Manik mereka bertemu, Eden langsung tahu nama gadis tersebut setelah melihat wajahnya. "Ava? Loh lo udah mulai masuk sekolah?" Eden bertanya heran.

Ava yang berjongkok kembali berdiri, lantas membenarkan roknya. "ah.. iya, kamu kenapa belum pulang?"

"ini baru aja gue mau balik, lo sendiri?"

"oh.., iya aku tadi ingin bermain aja sama kucing ini."

Eden melihat ke arah lain, tidak fokus ke manik hazel Ava. "lo sempet ketemu Figan?"

"iya ketemu, tapi dia tiba-tiba kayak ngejauh gitu, aku gak ngerti kenapa dia seperti itu.." keluh Ava pada Eden.

Bibir Eden bungkam tidak berkata, berpikir sejenak.

ah.. ternyata Figan mukannya badmood karna dia? tapi apa hubungannya sama Ava?

"Dia lagi slek kali, pms." Eden bergurau. Ava yang dengan polosnya berpikir terlebih dahulu baru tertawa geli. Eden hampir panik setengah mati, kirain Ava bakal marah atau apa ternyata dia malah berpikir dulu sebelum tertawa.

"ya kali ahaha, mana mungkin.."

Eden ikut terbawa, melihat Ava tertawa geli seperti itu rasanya ingin mengacak-acak rambut coklat nya itu.

Pada akhirnya Eden melakukan tingkah tersebut. "aih jangan ketawa gitu, nanti kuping dia panas, ahahaha"

Ava pun kembali tertawa bersamaan dengan Eden.

cekrek,

Seseorang mencoba memfoto Eden dan Ava yang tengah tertawa.

"ini bisa jadi bukti kuat." katanya.

.

Bersambung...

-sagungr.











FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang