~Numb. 2

167 96 26
                                    

Haii i'm back, jangan lupa klik bintang dan komen sesuka kalian 💙.
Hepi ridingg :)

.

Ava menelan ludah, lalu menjawab tegas sesuai fakta, "Y-ya! Ya jelas lah masa motor jalan di trotoar! Udah tau ada jalan besar kenapa gak di jalan itu saja?! Kalian gak punya mata??" Lelaki itu tersenyum miring. "Terus? Emang lo siapa gue?"

"Aku bukan siapa-siapa kamu! Maksud aku kan ada jalan besar kenapa gak di situ aja! Jalan trotoar itu... Buat orang pejalan kaki. Masih gak ngerti??" Ava mendengus kesal. "Ini kemauan gue. Dan sejak kapan ini jadi urusan lo?" balas tajam lelaki berjaket hitam.

Ava terdiam. Menundukkan kepala, tak berani menatap manik lelaki menyebalkan itu.

"Udah ngocehnya? Gara-gara lo gue jadi buang-buang waktu."

Ava kembali mendongak, seraya mengerutkan kedua alis, "Aku? Lagi juga kamu ngapain balik lagi?" Lelaki tersebut bergegas memakai helm full face mengabaikan perkataan Ava begitu saja kemudian melenggang pergi bersama pemotor ninja lainnya yang menunggu tidak jauh dari sini. Namun masih berjalan di trotoar.

.

"Gue kayak kenal anak itu, tapi gak kenal. Siapa ya? Hmm,"

Salah satu temannya menepuk pundak lelaki tersebut. "Kalo kenal, kenal aja gak perlu bilang gak kenal goblok lo Gan."

Lelaki itu ialah Figan, sedangkan yang menyahut adalah Eden Garena. Sering di panggil Eden, rambutnya lurus sering di kesampingkan, matanya berwarna coklat terang, di lengkapi bulu mata yang sedikit lentik. Seorang pemain basket terhebat yang sering membawa piala-piala ke sekolah. Namun sekarang sudah tidak mengikuti kegiatan bola basket lagi sebab sudah kelas 12 harus fokus untuk ujian.

"Kalo gak salah liat, dia cewek yang barusan kita tolong bukan si?" tanya si kembarannya Eden. Yaitu Adan.

Namanya saja yang berbeda nama belakangnya tetap sama "Garena" Adan ini seorang tim basket seperti Eden, mereka bahkan sering di bilang kembar-kembar nakal. Memang itu ada benarnya. Seperti saat melakukan pelatihan basket Eden melempar bola ke ring namun bola tak masuk dan terkena wajah Adan, perlu diketahui itu sering sekali terjadi. Sampai mereka kejar-kejaran. Bahkan baku hantam di tengah lapangan. Sampai-sampai guru ikut turun tangan. Guru tersebut juga kena baku hantam sama mereka berdua. Pada akhirnya mereka di hukum.

Adan memiliki mata yang sama seperti Eden, wajah yang sama, tak ada yang bisa membedakan hanya mereka yang tahu. Orang tua mereka saja suka lupa Adan yang mana... Dan Eden yang mana. Tapi yang lebih duluan lahir yaitu Eden 5 menit kemudian Adan lahir.

Figan mengangguk setuju, "Kan maka itu gue kayak pernah liat,"

"Siapa dah??" kata temannya. Dia adalah Nike Ragara, seorang pelari maraton. Sering meraih medali emas maupun perak. Menduduki kelas 12 sekelas dengan Hugo.Mempunyai mata berwarna hitam, bulu mata tak lentik biasa saja pada umumnya. Rambut nya sedikit keriting. Sifatnya humor, gatel ama cewek cantik.

Bugh,

"Udahlah gak usah ikut campur. Lo aja kagak ada tadi siang di lapangan." balas Eden. Nike meringis kesakitan, "Anjing sakit weh! Lagi siapa suruh Hugo ninggalin guee!" Nike menunjuk Hugo yang tengah sibuk oleh ponselnya.

"Jadi gue anju."

"Jelas elo! Masa gue gak di bantuin pas remed maka itu gue gak bisa kesana. Emang anak kambing!"

"Otak di pake makanya."sambar Hugo.

"Kayak lo gak tau aja otak gue mah maraton mulu, gak mau kerja sama, sama gue," sahutnya sampai muncrat-muncrat. "Hadehh! Kuahnya kemana-mana dah tuh," protes Eden menghindar. Nike tertawa, begitu juga yang lainnya. Kalau Hugo cuma tersenyum singkat.

"Telen dulu bang kuahnya, muncrat kemana-mana tuh," Figan bersuara.

"Bangsat lo ye,"

.

Akhirnya Ava sampai tepat di gerbang hitam yang menjulang tinggi. "Halo Ava," sapa pak satpam bernama Eko Setiawan. "Halo pak Eko," balas Ava ramah.

"Loh dek, almet kamu kemana?" Pak Eko bertanya sambil membuka gerbang otomatis itu. "Ava gak tau pak, belum sempet nyari juga, soalnya tadi pengen cepet-cepet pulang. Hehehe,"

"Nanti di omelin ayah mu loh Va," Ujar pak Eko memperingati.

Ava terkekeh, "Gak akan pak tenang aja," Ava pun melangkah masuk kedalam. Membuka pintu utama, Ava bergegas membuka sepatu dan menaruhnya di tempat sepatu.

Terdapat ruang tamu setelah memasuki pintu utama, ada sofa panjang berwarna putih 2 buah, di depan sofa juga ada meja kecil berwarna putih berisikan vas bunga. Dan juga smart TV 53 inch. Di bagian ruang tamu juga terlihat dapur dan tangga untuk ke kamar Ava, ruang kerja ayahnya, kamar sang Ayah dan juga ada ruangan lagi khusus untuk Ava. Yang di bawah ada beberapa ruangan untuk tempat tidur Bibi Wati dan juga gudang. Setiap kamar masing-masing mempunyaj kamar mandi yang berbeda-beda design nya.

"Selamat datang neng Ava," Bi Wati menyapa, "Iya Bi," balas Ava sembari tersenyum.

Ava menaiki anak tangga untuk menuju ke kamar. Sesampai di sana Ava membuka pintu berwarna putih tersebut. Kakinya kembali melangkah masuk ke kamar. Setelah memasuki kamar, yang pertama terlihat yaitu sebuah medali maupun piala. Terjejer rapi di lemari berkaca. Di samping lemari ada lemari baju, dan juga terdapat kasur berwarna peach, di lengkapi selimut tebal, 2 bantal, boneka beruang, maupun guling.

Ava melepaskan kedua kaos kaki lalu ia taruh di tempat baju kotor. Badannya Ava rubuh kan di atas kasur empuk. Membentuk bintang. Ava pun mencoba untuk tertidur sebentar. Namun semua sia-sia Ava tak bisa tertidur. Ava memutuskan untuk mandi membersihkan badannya yang barusan terkena siraman air panas oleh ketos.

Beberapa menit kemudian, Ava keluar dari kamar mandi memakai baju sweater abu-abu, bawahan celana jeans putih pendek seatas lutut. Ava melenggang pergi ke lantai bawah, "Bi, Ayah belum pulang?" Bi Wati menghela napas, "Belum neng, Ayah mu sibuk hari-hari ini, mungkin nanti pulangnya maleman neng,"

Sebagai balasan Ava mengangguk, ia kembali berjalan ke sebuah taman yang berada di rumah nya. Taman tersebut memiliki bangku untuk bersantai. Ava duduk disana sembari menatap langit yang mulai gelap.

"Buat apa punya rumah gede kayak gini kalau ujung-ujungnya gak ada siapa-siapa,"gumamnya.

Langit sudah gelap di sertakan bintang-bintang yang berkelap-kelip, dan bulan. "Neng Ava ayuk masuk diluar banyak nyamuk," Ava membalas, "iya bi, nanti aja Ava mau disini dulu nunggu Ayah."

Bi Wati mengangguk mengerti.

Jam terus berputar sampai ke angka 21.00 WIB sang Ayah masih belum pulang. Ava tetap setia menunggu, bi Wati sudah memanggilnya sampai 4 kali, jawaban Ava tetap sama. Pak Eko juga membujuk namun sama saja. Tak ada perubahan.

Sampai pukul 21.35 WIB Ava terlelap di taman.

"Ava,"

.

Bersambung,

See you, vote sama coment jangan lupa,💅

-sagung r.

FINAVA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang