Hari ketiga murid-murid kelas 12 melaksanakan ujian.
Di pagi hari tepat pukul delapan Ava sudah selesai beberes rumah sendiri, karena pak satpam, bibi belum pulang sampai sekarang. Entah sepertinya mereka membutuhkan banyak waktu untuk keluarga. Ava duduk di sofa bersenderan, capek. Keringat sudah membasahi pakaian tidur. Ava belum beranjak mandi. Membiarkan keringat itu berhenti mengalir, barulah Ava bisa mandi. Sambil berdender di sofa yang empuk, Ava memainkan ponsel, menge-chat Ayah yang terus memberi info tentang keberangkatan pesawat nya.
Ayah
ayah udah pesan tiket, berangkat jam 10 pagi.Ayah
kamu beneran gak mau beli apa-apa?Ava
Enggak yah serius deh, Ava cuma mau Ayah pulang aja :>Ayah
pas udah sampe kesini Ayah beliin creeps aja gimana? atau roti bandara?Ava
kalo creeps Ava mauu! gak bisa nolak ehehe, sama roti bandara deh yah gapapa Ava kangen banget sama roti ituu...Ayah
Oke.Ava segera bangkit dari sofanya yang empuk, "kasi kejutan apa ya buat ayah? hmm..."
.
"ujian untuk hari ini telah selesai tepat di pukul 10.00, di persilahkan untuk meninggalkan ruangan. Terima kasih anak-anak, semangat terus dan sampai bertemu lagi."
"baik bu," jawab serentak murid-murid.
Figan keluar dari ruangan, mengambil tas yang berada di loker. Tanpa sadar, ternyata ada Hugo yang sedang bersandar pada dinding dekat loker. Entah apa yang membuat dia kemari. "seorang penaik tangga termalas, tiba-tiba saja datang berkunjung ke lantai 3. Ada apa gerangan, wahai pemalas?" sambut Figan membuat Hugo tertoleh.
Ia tersenyum kecil.
"ada apa? gak biasanya lo nunggu."
"entahlah... rasanya gue pengen pindah ke mars." Hugo membalas.
Wajah Figan langsung berkerut. "ada masala--"
"Ortu." diam sejenak. "biasalah.."
Figan menghela napas panjang, belum kembali membuka mulut. Melangkah kan kaki, diikuti Hugo. Murid-murid lainnya masih sibuk membahas soal ujian yang baru saja mereka kerjakan. "masih berpikiran bahwa anak IPS itu tidak sepintar anak IPA?"
Hugo bersmirk, tidak menjawab.
"lakukan yang terbaik aja,"
"buat apa? sia-sia Gan." katanya putus asa.
"hal itu gak akan sia-sia jika lo bisa mengatasi nya. Toh ortu lo juga akan bangga pada saat lo sukses." Figan menepuk-nepuk pundak Hugo, "semua akan baik-baik aja."
Hugo mengangguk pelan, menghembuskan napas, "semoga aja."
"ah btw, lo lagi pdkt ama Ava?" Hugo yang tadinya murung seketika mengalih topik, pertanyaan yang tak pernah Figan dengar. Membuat Figan sedikit tercengang.
Figan mengernyit, "maksud lo apa tiba-tiba ha?"
"cuma nanya aja, dah gue balik duluan. Makasih." Hugo mulai mendahului langkah Figan, lalu kembali berkata "tenang Gan, kalo lo suka ama dia gue gak akan bocor kemana-mana kok," diakhiri tawa.
"sialan lo. Yaudah tiati."
.
Motor ninja berwarna merah telah sampai di tujuan. Rumah Ava. Motor itu sudah terpakir rapi di depan rumah. Figan segera turun dari motor, melepas helmnya, ditaruh lah di spion. Baru saja kaki jenjangnya melangkah masuk, tiba-tiba saja pintu langsung terbuka lebar, Ava datang berlari kecil menghampiri Figan. Wajahnya teramat senang. "Figan~!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FINAVA [TAMAT]
Teen Fiction[⚠BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠] Dia ada untukku, Dia selalu datang untukku, Dia... Banyak sekali kalau di ungkapkan dengan kata-kata. Gadis yang bernama Ava ini bersyukur atas kedatangan nya, walaupun banyak sekali rintangan yang datang beruntu...