Kedatangan Lita sedikit mengejutkan buat Ava, sedangkan teman yang lainnya terkesan biasa saja. Bayangkan, seorang ketos berbagai macam riwayat Ava dengannya, perlakuan kejinya. Ava tidak bisa melupakan hal tersebut. Dan sekarang dia datang? Ava saja tidak punya keberanian menatap si ketos itu. Lantas, Ava harus berbuat apa?
"H-hai Ava," Sapa Lita ragu, matanya saja tidak tertuju pada Ava melainkan kebawah.
Ava kali ini tidak menjawab, menunggu Lita mau bertindak sampai mana. "Em, Va.. itu.., eum.." Lita mengode ke teman-teman Figan untuk keluar supaya Lita bisa leluasa bercerita panjang lebar dengan Ava, dan perbuatan yang telah ia lakukan. Alhasil, mereka tidak ada yang mau keluar. Lita pun mengernyit, lalu menghela napas panjang, berjalan menuju meja kecil dekat kasur Ava, di taruhlah bingkisan itu.
"AVA! GUE MINTA MAAF! SUNGGUH GUE BENAR-BENAR MINTA MAAF!" teriak Lita membuat yang lain ikut terkejut. Lita sekarang dalam posisi bertekuk lutut, sambil mencakupi tangan.
Teman Figan bahkan Figan sendiri membiarkan Lita seperti itu, tidak ada yang berkomentar mereka diam, dan menyaksikan.
"Ava, gue minta maaf... gue udah melakukan hal buruk buat lo, gue udah buat rumor narkoba yang melibatkan lo, gue udah membuat semua orang benci sama lo, gue juga udah melakukan hal yang gak pantas buat lo Va..." Air mata Lita kini berjatuhan satu persatu. Ava tidak sanggup berdiam diri saja.
"Kak, bangun. Aku gak mau kakak seperti ini." ujar Ava dengan nada halus.
Lita pun menuruti perintah Ava, "gue minta maaf Va, gue tau permintaan maaf ini gak cukup buat lo, Va.. maaf.." ucapnya lagi dengan wajah menyesal.
Ava memberanikan diri untuk berucap dihadapannya, walaupun kenyataan yang Ava dapat dari Lita tentang narkoba sangatlah menyakitkan. Tapi Ava berusaha tegar, mengontrol emosi, Ava menghela napas panjang, "Kak, that's okay. Itu masa lalu, dan makasih ya kak udah ngasih tau yang sebenarnya. Setidaknya itu bisa mengurangi beban pikiranku." Lita masih menangis tersedu-sedu, " Gapapa kak. Toh itu udah lama, gak perlu diungkit lagi..." balas Ava setegar mungkin.
Jujur saja, Ava ingin menangis. Ava tak kuat menahan rasa sakit ini. Semua terungkap begitu saja, di depan teman-teman Figan. Bagaimana Ava bisa menangis? "Ava gue janji, gue akan hapus semua rumor tentang lo. Hapus semua riwayat jelek lo di sekolah. Gue akan lakukan itu Ava. Gue janji. Pegang omongan gue baik-baik. Dan lo bisa lihat bukti nya setelah masuk sekolah." Kata Lita sambil memegang tangan Ava. Tangisan Lita juga sudah mulai berhenti.
"Gak har—"
"Jangan gitu! terima aja perjanjian ini ya?" Lita mengangguk mantap agar Ava mau menerima perjanjian darinya.
Ava dengan senang hati menerima perjanjian tersebut dengan cara berjabat tangan sama Lita. Lita tersenyum senang, "gue jamin Va, gue gak akan bohong." akhir Lita,
.
"oke fiks, drama ini kita tutup ya, sebelum itu apakah kalian semua sah kalau Lita si ketos keji ini minta maaf kepada Ava?" Eden bersuara, tapi belum ada respon dari ketiga temannya.
Nike menggeleng, "gak, gue gak sah."
Figan pun demikian, setuju kepada Nike, sedangkan Hugo menggedikan bahu. "gini aja, ucapkan satu kalimat untuk mengesahkan kejadian ini." Mereka pun mengangguk perlahan sembari memahami betul maksud dari Eden.
"gue gak berharap banyak sama lo, tapi satu hal ini harus lo resapi baik-baik." Lita mengangguk, "Jangan sampai mata gue yang suci ini, ngeliat perlakuan keji lo lagi. Bukan hanya pada Ava. Melainkan semua." lanjut Nike menatap tajam kearah Lita.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINAVA [TAMAT]
Teen Fiction[⚠BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠] Dia ada untukku, Dia selalu datang untukku, Dia... Banyak sekali kalau di ungkapkan dengan kata-kata. Gadis yang bernama Ava ini bersyukur atas kedatangan nya, walaupun banyak sekali rintangan yang datang beruntu...